Menurut
penelitian Sheryl N. Dawson, seorang psikholog bidang perkembangan anak dari
New York, yang paling menjengkelkan
anak terhadap sikap ibunya adalah bila ia disuruh. “Komunikasi ibu tidak jelas, kami tidak bisa membedakan
antara menyuruh dan memerintah,” protes si Anak. Kiranya
protes ini patut dikaji sebagai koreksi diri para Ibu. Tujuannya agar anak kita
tidak jengkel. Sebab kejengkelan mereka akan melahirkan hubungan yang kurang
harmonis antara anak dan orang tua. Akibatnya, anak mencari pelarian di luar
rumah.
Tips mengantisipasi anak agar tidak jengkel bila disuruh
melakukan sesuatu :
Image : Google
Dibedakan
Pertama-tama
harus dibedakan, mana yang sifatnya menyuruh dan mana yang memerintah. Yang
sifatnya menyuruh adalah segala sesuatu yang tidak wajib dikerjakan anak. Boleh
saja dia menolak karena tidak suka. Sebab anak juga perlu diberi hak menolak
dan menerima. Sejak kecil perlu ditanamkan sikap demokratis, agar kelak ia
menjadi seorang demokrat yang biasanya bisa diterima di berbagai kalangan
masyarakat.
Bila Anda memerintah, sifatnya wajib dilakukan anak karena
berkenaan dengan sesuatu hal. Agar anak mau menerimanya, terlebih dulu diberi
pengertian mengenai mana yang wajib dan tidak. Masing-masing orang tua punya
aturan sendiri. Silakan Anda membuat daftar apa saja yang wajib dilakukan anak
dan apa pula yang tidak. Tempel pada dinding kamarnya agar ia memahami.
Batasi
Agar si anak tidak bingung, Anda perlu membatasinya dengan
jelas. Bila anak bertanya, jelaskan sebabnya (mengapa yang ini wajib dan yang
itu tidak). Ajaklah mereka berdiskusi agar tercipta kesepakatan dan pengertian
(understanding). Bila dewasa kelak,
mereka akan menjadi pribadi yang tidak diktator.
Bahasa Yang Baik
Sekalipun dalam keadaan marah, saat berkomunikasi dengan
anak hendaknya si ibu menggunakan bahasa yang baik, benar, dan penuh logika
agar ia menjadi pribadi yang berbudi, sopan, dan tahu posisi. Masyarakat akan
menghargai sikap demikian. Bahasa yang baik dan benar keluar dari mulut seorang
ibu terhadap anaknya lambat-laun dapat mempengaruhi kepribadian si anak untuk
tumbuh menjadi pribadi yang bertutur kata yang baik dan benar pula di
tengah-tengah lingkungan sosialnya.
Secara Khusus
Masing-masing
anak mempunyai karakter yang berbeda. Karena itu, haruslah diperlakukan secara
khusus. Si A tidak bisa diperlakukan sama dengan Si B atau Si C. Di sini
diperlukan kejelian orang tua dalam memahami karakter anak.
Tidak sulit, bila Anda mau menyatu dengan mereka dalam arti
ikut tumbuh bersama mereka. Sebab perjalanan hidup itu tidak mundur melainkan
maju ke depan. Masa datang adalah dunia mereka. Karena itu jangan merasa rendah
diri bila harus belajar dari anak.
Memberi Contoh
Perlu memberi contoh sesuatu hal, jika memang diperlukan si
anak. Dengan adanya contoh itu, anak bisa belajar dari orang tuanya agar tidak
melakukan kesalahan lagi. Selama belum mencapai usia dewasa, seorang anak
secara naluriah sangat perlu untuk dibekali contoh verbal yang baik secara
berkesinambungan oleh ibunya agar pada gilirannya kelak ia dapat terhindar dari
kesalahan-kesalahan dalam bertindak.
Dialog
Biasakan membuka
dialog dengan anak mengenai apa saja. Dari sini akan terlihat apa yang
diinginkannya, juga akan kita ketahui tingkat perkembangannya. Di sini, orang
tua bisa memasukkan hal-hal positif. Dalam forum dialog ini, orang tua bisa
mencurahkan harapannya tentang kewajiban anak dan hak-hak anak.
Andaikata Anda seorang wanita karir, dialog semacam ini bisa
dilakukan ketika makan bersama, saat mengantar sekolah, ataupun saat liburan
bersama pada akhir pekan.
Karya : Drs. Dedik Ekadiana
Guru
PPKn SMPN 88, Jakarta