Kamis, 14 September 2017

CERPEN


  HITAM  DAN  PUTIH
Pertemuan tak terduga yang berujung kebahagiaan. Kebencian yang berubah menjadi cinta. Tanpa mereka sadari mereka menjadi semakin dekat. Liona jadi suka berjalan-jalan ke hutan untuk bertemu dengan Leo, begitu pun sebaliknya. Entah sekedar berjalan-jalan atau berburu bersama. Entah sejak kapan perasaan itu tumbuh subur di hati keduanya. Perasaan saling mencintai dan menyayangi.
     Sore ini, mereka berdua sedang duduk di tepi sungai  yang ada di hutan. Seperti biasa, menikmati matahari senja bersama. Tawa Liona tiba-tiba saja menggema saat Leo menggelitiki perutnya, “ Hahaha, hentikan Leo hahaha, hentikan “ mohon Liona
     Leo ikut tertawa saat melihat wajah bahagia Liona, ia pun menghentikan aksinya, lalu ia menyenderkan kepala Liona di bahu kanannya. Ia memperhatikan wajah cantik Liona dari samping, senyum sendu tiba-tiba saja terbit di bibirnya.
Hening, untuk beberapa saat tidak ada yang membuka suara. Keduanya sama-sama menikmati keheningan yang menenangkan ini. Keduanya sama-sama menikmati keindahan langit senja bersama.
Liona memejamkan matanya, menikmati hembusan angin sore yang begitu sejuk. Sedangkan Leo, ia menatap kosong sungai di hadapannya, entah hal apa yang sedang ia fikirkan.
     “Liona,” panggil Leo memecah keheningan
     “ Ya?” jawab Liona, ia mendongakkan kepalanya menatap wajah Leo.
     Leo menangkup kedua pipi Liona lalu menatap mata Liona dalam, “ Aku ingin memberitahumu sesuatu, sesuatu hal yang sangat penting, “ ujar Leo sambil menatap wajah cantik Liona serius.
Liona menaikkan sebelah alisnya bingung, “ Apa itu? “ tanya Liona
     “ Jika nanti kita kembali bertemu. Aku ingin kau berpura-pura tidak mengenalku. Aku ingin kau membuang semua ingatanmu tentang diriku. Karna aku tau, jika nanti kau mengetahui faktanya kau pasti akan membenciku, “ ujar Leo
Liona mengerutkan dahinya, “ Leo, apa yang terjadi? Fakta? Fakta apa?“ tanya Liona khawatir, entah kenapa perasaannya tiba-tiba saja berubah menjadi tidak enak.
“ Liona, berjanjilah padaku. Kau akan menjalankan kewajibanmu sebagai seorang putri dengan baik. Untuk saat ini tutuplah hatimu, bekukan hatimu, jangan menjadikan aku sebagai alasanmu melalaikan kewajibanmu, “ ujar Leo membuat hati Liona semakin tidak tenang.
“ Leo, jangan membuatku takut “ lirih Liona, matanya mulai berkaca-kaca.
Image : Google
Leo akhirnya menarik tubuh Liona masuk ke dalam pelukannya, ia mengusap punggung dan rambut Liona lembut, “ Kita tidak akan pernah bisa bersatu, kebersamaan kita selama bertahun-tahun ini hanya akan menjadi kenangan manis, “ bisik Leo tepat di telinga Liona.
Liona berusaha menahan tangisnya, entah kenapa ia merasa pelukan ini adalah pelukan perpisahan.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara tapak kaki kuda yang mendekat, Leo melepaskan pelukannya pada tubuh Liona, lalu ia menangkup kedua pipi Liona, menghapus setetes air mata yang jatuh di pipinya, “ Jangan pernah meneteskan air mata untuk orang sepertiku, “
Liona baru saja akan membalas perkataan Leo, tapi suara Joe yang berasal dari arah belakang memotong ucapannya.
“ Liona! “ seru Joe membuat Liona sontak memutar tubuhnya ke arah belakang.
“ Kakak, “ gumam Liona sambil mengernyit bingung,
“ Naik! “ perintah Joe dingin membuat Liona semakin mengernyitkan dahinya bingung.
“ Tapi kak- “ Joe memotong perkataan Liona, “ Naik sekarang juga ke atas kuda! “ Joe menatap mata Liona tajam membuat Liona segara menuruti perintah kakaknya itu.
Sedangkan Leo hanya menatap datar ke arah Joe, lalu ia kembali mengalihkan tatapannya pada Liona.
“ Leo, aku pamit, “ pamit Liona pada Leo, ia melempar senyum tipisnya pada Leo lalu ia naik ke atas kuda kakaknya itu.
“ Hati-hati, “ pesan Leo sambil melempar senyum kecil. Joe menatap wajah Leo dingin lalu ia memacu kudanya kembali ke istana.
     Disepanjang perjalanan pulang Joe hanya diam,membuat Liona semakin bingung. Ekspresi Joe benar-benar datar, tatapan matanya menatap tajam lurus ke depan. Ekspresi yang jarang bahkan tidak pernah ia liat lagi di wajah kakaknya itu, terakhir ia melihat Joe memasang ekspresi seperti itu adalah ketika Ibu mereka meninggal.
     “ Kak, apa yang terjadi? ” tanya Liona bingung
     “ Kau akan mengetahuinya nanti” jawab Joe dingin
     Sesampai nya mereka di istana ternyata semua telah berkumpul. Entah apa yang terjadi Liona tidak tau, yang jelas, semua orang penting di istana sedang berkumpul saat ini.
     “Putri dan pangeran telah tiba! ”teriak seorang pengawal saat Liona dan Joe masuk ke dalam ruang rapat.
     “ Apa yang terjadi ayah? ” tanya Liona pada ayahnya yang sekarang berekspresi sangat datar.
     Bukan hanya ayahnya, semua orang yang ada di ruang rapat itu berekspresi sangat datar, mata mereka menatap tajam kea rah Liona.
     “ Ada apa ini? ” tanya Liona bertambah bingung
     “ Kita akan berperang.”
“ Serang!!!” seru seorang Jendral
Peperangan pun pecah. Langit berubah menjadi gelap, suara ledakan terdengar dari berbagai arah, suara pedang yang saling berdenting memecah kesunyian malam, bau anyir mulai tercium, petir menyambar saling bersahutan.
Suasana benar-benar tegang dan mencekam, peperangan besar antara Black Witch dan White Witch kembali terjadi. Black Witch dan White Witch dari dulu memang tidak pernah bisa bersatu. Hubungan keduanya tidak pernah membaik, justru hubungan keduanya semakin memburuk saat kabar kematian Ratu White Witch yang merupakan ibu dari Liona dan Joe meninggal yang di bunuh oleh seorang pangeran yang berasal dari Black Witch.
Dari atas balkon kamarnya, Liona memperhatikan peperangan yang sedang terjadi di bawah sana. Liona yang biasanya terlihat anggun memakai gaun kini terlihat menyeramkan saat ia memakai baju zirah. Matanya menatap kosong ke arah peperangan dibawah, fikirannya melayang ketika ayahnya menjalaskan tentang kronologi kematian ibunya, Anggun.
Kedua tangannya mengepal kencang, bola matanya yang berwarna hazel perlahan berubah warna menjadi merah. Api kemarahannya tersulut saat mengingat kejadian itu, kejadian saat ibunya dibunuh tepat di depan matanya.
Matanya tiba-tiba saja menangkap sesosok orang memakai baju zirah, gestur tubuh yang sama persis dengan orang itu. Orang yang telah membunuh ibunya.
Liona pun langsung turun ke medan perang, ia langsung menyerang orang berpakaian zirah itu dengan pedangnya.
Liona menyerang orang tersebut dengan membabi buta, entah kenapa ia merasa tidak asing dengan postur tubuh orang di hadapannya ini.
“ Aku akan membunuhmu, “ desis Liona saat pedang mereka berdua berdenting.
Lelaki yang memakai pakaian zirah itu menangkis pedang Liona ke atas lalu ia kembali menangkis setiap serangan yang Liona tujukan padanya tanpa berniat membalas menyerang sedikit pun.
“ Tunjukkan wajahmu! Jangan menyembunyikan wajahmu itu di balik topeng zirah, dasar pengecut! “ maki Liona, ia di buat geram karna orang tersebut sama sekali tidak membalas seranganya, hanya menangkis.
Liona mengalirkan petir biru pada pedangnya lalu ia menendang perut orang tersebut kencang dan langsung menusukkan pedangnya ke jantung orang tersebut, seketika orang itu berteriak kencang, “ Arrgghh ! “
Deg
Jantung Liona seakan  berhenti berdetak. Suara itu, suara itu adalah suara yang selama ini menemani hari-harinya. Suara seseorang yang telah berhasil menaklukkan hatinya.
Dengan cepat Liona membuka paksa topeng zirah yang di kenakan oleh orang tersebut. Tubuhnya seakan mati rasa saat melihat wajah orang yang ia sayang berada di balik topeng zirah itu.
“ Leo, “ lirih Liona, setetes air mata jatuh di pipinya.
Ia langsung menundukkan tubuh, ia memangku wajah Leo yang kini bersimpah darah, “ Kenapa? “ lirihnya.
“ Kenapa Leo, kenapa?! “ pekik Liona histeris
Perang berhenti saat itu juga, Jenderal kaum Black Witch membelalakkan matanya tak percaya saat melihat Pangerannya yang kini sudah jatuh tergeletak tak perdaya.
Sedangkan Joe hanya bisa menatap sendu dari jauh, ia sudah memperkirakan hal ini akan terjadi. Ia membalikkan tubuhnya, tidak sanggup melihat adiknya yang sedang menangis histeris itu.
“ Leo, kumohon jangan tinggalkan aku, “ lirih Liona, ia menumpukan dahinya pada dahi Leo.
Leo tersenyum kecil, “ Sudah ku katakan bukan, jangan membuang air matamu itu untuk orang sepertiku, “ gumam Leo nyaris tak terdengar.
“ Tapi kenapa Leo, kenapa? “ lirih Liona
Leo menangkup pipi Liona, lalu ia mengecup bibir Liona singkat, “ Karna pada akhirnya, hitam dan putih tidak akan pernah bisa bersatu, “ lalu mata hitam legam itu tertutup.
“ LEOO!!!! “
Kejam! Takdir yang menyatukan kami, tapi takdir juga yang memisahkan kami.

                         THE END



Karya   :
     Betari Naratayaka   dan   Fransisca  Herliyana
     Siswi  Kelas  IX C,  SMP Negeri 88 Jakarta Barat

PUISI : NUANSA RAMADHAN 2020

NUANSA   RAMADHAN   2020 Karya : Dedik Ekadiana Langit berpayungkan lazuardi Awan bercengkrama dan menderu Alam bertakhta tuk ...