Rabu, 13 September 2017

EKSISTENSI KEBUDAYAAN DI MATA MANUSIA


Pertanyaan mengenai hakikat kebudayaan sebenarnya sama dengan pertanyaan mengenai hakekat manusia. Hakekat manusia itu apabila ditulis dalam buku, ternyata tidak aka nada habisnya. Secara garis besar dapat dideskrisikan bahwa kebudayaan itu merupakan endapan dari kegiatan dan hasil karya manusia.
            Dewasa ini para intelektual sibuk membeberkan kebudayaan itu secara teoritis, melainkan secara praktis mereka berkeinginan menyusun semacam ‘ policy kebudayaan’. Pendekatan dari kata-kata baru, kata-kata kunci, yang setiap hari kita jumpai dalam media massa, tayangan televisi, aksi-aksi remaja, diskusi politik, kontrol terhadap media komunikasi, rasa gelisah mengenai lenyapnya norma-norma yang dahulu berlaku.
Image : Google
              Filsafat kebudayaan tidak lagi suatu tujuan tersendiri, melainkan hanya sebuah alat untuk merenungkan tentang kebudayaan manusia yang bukan suatu usaha teoritis, tetapi menyediakan sarana-sarana yang dapat membantu manusia untuk memaparkan suatu strategi kebudayaan di masa depan.
            Manusia modern hendaknya dijadikan sadar terhadap kebudayaannya, ini berarti bahwa manusia yang serba modern itu secara aktif harus turut memikirkan dan merencanakan arah yang akan ditempuh oleh kebudayaan manusiawi. Apabila kita telusuri, ternyata orang masih banyak beranggapan bahwa kebudayaan itu merupakan segala manifestasi dari kehidupan manusia yang berbudi luhur dan yang bersifat kerohanian, seperti misalnya : agama, kesenian, filsafat, ilmu pengetahuan, dan adat istiadat. Ciri yang paling pokok dari pendapat-penapat tersebut  adalah perbedaan yang dibuat antara bangsa-bangsa yang beradab tinggi dengan bangsa-bangsa alam yang dianggap sebagai bangsa-bangsa primitif
Kebudayaan dewasa ini diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang, lain halnya dengan kehidupan hewan, maka manusia tidak hidup begitu saja di tengah-tengah alam, tetapi bagaimana cara manusia untuk merubah alam itu. Lebih jeasnya bahwa manusia dalam kehidupannya itu lain dengan kehidupan seekor binatang. Manusia selalu merubah lingkungan hidup alamiahnya dan justru inilah yang dinamakan kebudayaan.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Prof.dr. Koentjoroningrat tentang arti konsep kebudayaan itu adalah seluruh total dari pikiran , karya dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, dan yang karena itu dapat dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses belajar. Konsep tersebut sangatlah luas karena meliputi hampir seluruh aktifitas manusia dalam kehidupannya, sedangkan hal-hal yang bukan termasuk kebudayaan hanyalah beberapa refleksi berdasarkan naluri.
Kebudayaan sekarang dipandang sebagai sesuatu yang lebih dinamis. Dahulu tata kebudayaan diartikan sebagai kata benda, tetapi sekarang justru sebaliknya diartikan sebagai kata kerja. Kebudayaan bukan lagi sebuah koleksi barang-barang kebudayaan, seperti misalnya : karya-karya kesenian, buku, dan berbagai karya arsitektur. Kebudayaan sekarang dihubungkan dengan kegiatan manusia yang membuat alat-alat dan senjata-senjata, dengan tata cara uoacara tari-tarian dan mantera-mantera yang menentramkan roh-roh jahat, dengan cara anak-anak dididik dengan aneka pola kelakuan yang bertautan dengan erotik.
Dulu manusia memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang bersangkutan dengan sekelompok kecil ahli-ahli saja, sedangkan oleh rakyat banyak kebudayaan itu dialami semacam takdir yang tak terelakkan. Perkembangan kebudayaan harus dievaluasi. Ini berarti bahwa manusia selalu harus mempersoalkan berlaku tidaknya paspor kebudayaan. Manusia kemudian menjadi sadar, bahwa seringkali ada sesuatu yang tidak beres dan dengan demikian mungkin dengan jatuh bangun kembali manusia dapat menjadi maju.
Satu setengah abad yang lalu, filsuf Jerman Immanuel Kant, menyatakan bahwa cirri khas kebudayaan terdapat pada kemampuan manusia untuk mengajar dirinya sendiri. Kebudayaan merupakan sekolah di mana manusia dapat belajar. Di dalam kebudayaan, manusia tidak hanya bertanya bagaimana sesuatu seharusnya bersifat ?
Dengan demikian, maka kebudayaan mempunyai gejala yang berlangsung dengan suatu ketegangan. Manusia tidak boleh bertopang dagu, tetapi manusia harus menerobos cengkeraman fakta-fakta alam dengan mengadakan evaluasi dan mengangkatnya ke dalam policynya.
            Kebudayaan sekarang ini dipengaruhi oleh suatu perkembangan yang pesat, dan manusia modern mulai sadar akan hal ini. Sebenarnya sudah sejak lama manusia itu sadat akan kebudayaannya. Kesadaran ini merupakan suatu kepekaan yang mendorong manusia agar secara kritis menilai kebudayaan yang sedang berlangsung. Evaluasi serupa ini dapat menghasilkan agar manusia secara praktis menyusun kebudayaannya sendiri. Untuk mencapai hasil ini, maka manusia harus mempunyai suatu gambaran yang lebih jelas mengenai perkembangan kebudayaan dewasa ini.
Image : Google
Deskripsi yang lebih jelas itu dapat dihasilkan apabila manusia melihat perkembangannya sendiri di muka latar belakang tahap-tahap kebudayaan dahulu.
            Manusia dewasa ini semakin sadar akan unsur-unsur kita sebagai manusia yaitu antara manusia yang hidup di masa dahulu dan sekarang dengan kebudayaannya sendiri-sendiri ternyata ada hubungan timbal balik. Lambat laun kesadaran baru ini juga akan mempengaruhi seluruh kebijaksanaan kita mengenai arah kebudayaan, sampai konsekuensi-konsekuensinya yang paling praktis,
            Manusia pada jaman dahulu mempunyai cara lain dari manusia pada saat ini untuk menjawab masalah-masalah kehidupannya. Perkembangan dalam kebudayaan hendaklah terutama dipandang sebagai suatu gambaran mengenai aneka macam bentuk dalam policy atau strategi tersebut. Policy atau strategi kebudayaan serupa itu berlangsung dalam suatu kerangka perkembangan historis, tetapi tidak terlebur di dalamnya. Yang penting adalah agar kita menjadi sadar, bagaimana setiap bentuk kebudayaan manusia merupakan jawaban terhadap suatu pertanyaan, dan pertanyaan itu ialah mengenai syah tidaknya paspor kebudayaan manusia. Pertanyaan apakah evaluasi yang kita buat mengenai segala hal ikhwal dalam kehidupan manusia itu benar atau tidak.
            Dalam uraian di atas, ternyata dapat diambil kesimpulan bahwa kebudayaan manusia sekarang ini telah mengalami perkembangan yang pesat, dari kebudayaan manusia yang beradab paling rendah sampai pada kebudayaan manusia yang beradab tinggi. Juga disimpulkan bahwa kebudayaan itu berasal dari manusia, untuk manusia, dan dari hasil kebudayaan manusia itu, kemudian di evaluasi juga oleh manusia agar kebudayaan itu tetap eksis bagi kehidupan manusia. Keeksistensian itu berarti menunjukkan bahwa antara kebudayaan dan manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

Karya  :  Drs. Dedik Ekadiana
                    Guru  PPKn,  SMP Negeri 88  Slipi,  Palmerah,  Jakarta Barat

PUISI : NUANSA RAMADHAN 2020

NUANSA   RAMADHAN   2020 Karya : Dedik Ekadiana Langit berpayungkan lazuardi Awan bercengkrama dan menderu Alam bertakhta tuk ...