TAK
TERBALASKAN
Bel
pulang sekolah berbunyi, aku segera mengambil sepedaku dari tempat parkir. Aku
marasa ada yang ganjil, entah mengapa aku selalu memikirkan Ibuku yang sedang
sakit. Aku mengayuh sepeda dengan cepat, karena takut dengan kekhawatiran yang
membelanggu pikiran dan perasaanku.
Sesampai
di rumah, aku melihat banyak sekali warga yang berdatangan. Dengan segera aku
masuk ke rumah dan bertanya pada nenek. “Nek, kenapa banyak orang yang datang
ke sini ?”
“Nak,
ibumu telah tiada … “ jawab nenek. “Apa
! Maksud nenek, apa ?” tanyaku kembali dengan suara gemetar. “Ibumu sudah
meninggal dunia,” jawabnya dengan suara lirih.
Aku
segera menuju ke kamar, di sana terlihat ibuku sudah terbaring tak berdaya.
“Ibu, kenapa meninggalkanku. Dulu ayah dan sekarang ibu,” geramku sambil
mennangis.
Image : Google
Tiba-tiba
nenek mendatangiku dan berpesan agar aku tidak larut dalam kepedihan dengan
kematian ibu. “Nak, jangan kamu bersedih, karena kematian dapat datang kapan
saja. Itu sudah menjadi kehendak Allah SWT. Sekarang, kamu harus mendoakan
orang tuamu agar bahagia di sana,” tukas nenek.
“Tapi
sekarang aku sudah tidak punya orang tua lagi, Nek …?” jawabku. “Masih ada
nenek dan kakakmu. Sekarang lebih baik kamu sholat dzuhur dulu, sebentar lagi
ibumu akan dimakamkan, sambil menunggu kakakmu selesai sholat,” perintah nenek.
Aku pun
segera berwudlu dan melaksanakan sholat. Aku berdoa kepada Allah SWT agar ibuku
diterima di sisi-Nya. Seusai sholat dzuhur, kuhampiri kakakku yang baru juga
selesai sholat. Kupeluk erat-erat Kak Rudi.
“Kak,
aku tak percaya ibu telah tiada,” ucapku pada Kak Rudi
“Ya …
tapi jangan sedih yah … Kamu masih punya kakak dan nenek,” sahut kakak sambil
meneteskan air mata.
Aku dan
kakak dipanggil nenek untuk segera berangkat ke kuburan. Sepanjang perjalanan
semua orang mengumandangkan lafadz “ laailahaillalooh” berulang-ulang.
Sesampainya di kuburan, jenazah ibuku dimasukkan ke liang lahat, bebarengan
dengan itu pula aku tak bisa mengendalikan air mataku yang lama-kelamaan mulai
membasahi pipiku.
Satu
tahun sudah ayahku meninggal, kini giliran ibuku yang dipanggil ke haribaan
Illahi. Dulu, mereka ingin aku dan kakakku bisa menjadi orang yang berguna di
masa depan. Sekarang aku masih duduk di bangku kelas VI SD. Semenjak kematian
ibuku, kakakku putus sekolah dan bekerja demi untuk membiayai sekolahku. Sedang
nenek seperti biasa dia mengurus pekerjaan rumah. Aku dan Kak Rudi tak lupa
juga ikut membantunya.
Image : Google
Tak
terasa 15 tahun sudah berlalu. Aku telah lulus sarjana dan menjadi dokter. Ini
semua berkat Kak Rudi dan nenek. Aku bahagia, semua ini seperti mimpi. Sebagai
ucapan rasa terima kasihku pada mereka, aku, kakak, dan nenek pergi naik haji.
Tapi, sayang sekali andai orang tuaku masih ada di dunia ini …
Pasti
aku akan mengajak mereka haji, dan bisa membalas kebaikan mereka selama ini.
Maafkan aku ayah dan ibu, tidak bisa membalas kebaikanmu … Aku hanya bisa
mendoakanmu agar diterima di sisi-Nya. Amin …
Karya :
Salsabilah Auliyah
Siswi Kelas IX F SMPN 88
Jakarta