Sabtu, 07 Oktober 2017

CERPEN


TAK  TERBALASKAN
Bel pulang sekolah berbunyi, aku segera mengambil sepedaku dari tempat parkir. Aku marasa ada yang ganjil, entah mengapa aku selalu memikirkan Ibuku yang sedang sakit. Aku mengayuh sepeda dengan cepat, karena takut dengan kekhawatiran yang membelanggu pikiran dan perasaanku.
Sesampai di rumah, aku melihat banyak sekali warga yang berdatangan. Dengan segera aku masuk ke rumah dan bertanya pada nenek. “Nek, kenapa banyak orang yang datang ke sini ?”
“Nak, ibumu telah tiada  … “ jawab nenek. “Apa ! Maksud nenek, apa ?” tanyaku kembali dengan suara gemetar. “Ibumu sudah meninggal dunia,” jawabnya dengan suara lirih.
Aku segera menuju ke kamar, di sana terlihat ibuku sudah terbaring tak berdaya. “Ibu, kenapa meninggalkanku. Dulu ayah dan sekarang ibu,” geramku sambil mennangis.
Image : Google
Tiba-tiba nenek mendatangiku dan berpesan agar aku tidak larut dalam kepedihan dengan kematian ibu. “Nak, jangan kamu bersedih, karena kematian dapat datang kapan saja. Itu sudah menjadi kehendak Allah SWT. Sekarang, kamu harus mendoakan orang tuamu agar bahagia di sana,” tukas nenek.
“Tapi sekarang aku sudah tidak punya orang tua lagi, Nek …?” jawabku. “Masih ada nenek dan kakakmu. Sekarang lebih baik kamu sholat dzuhur dulu, sebentar lagi ibumu akan dimakamkan, sambil menunggu kakakmu selesai sholat,” perintah nenek.
Aku pun segera berwudlu dan melaksanakan sholat. Aku berdoa kepada Allah SWT agar ibuku diterima di sisi-Nya. Seusai sholat dzuhur, kuhampiri kakakku yang baru juga selesai sholat. Kupeluk erat-erat Kak Rudi.
“Kak, aku tak percaya ibu telah tiada,” ucapku pada Kak Rudi
“Ya … tapi jangan sedih yah … Kamu masih punya kakak dan nenek,” sahut kakak sambil meneteskan air mata.
Aku dan kakak dipanggil nenek untuk segera berangkat ke kuburan. Sepanjang perjalanan semua orang mengumandangkan lafadz “ laailahaillalooh” berulang-ulang. Sesampainya di kuburan, jenazah ibuku dimasukkan ke liang lahat, bebarengan dengan itu pula aku tak bisa mengendalikan air mataku yang lama-kelamaan mulai membasahi pipiku.
Satu tahun sudah ayahku meninggal, kini giliran ibuku yang dipanggil ke haribaan Illahi. Dulu, mereka ingin aku dan kakakku bisa menjadi orang yang berguna di masa depan. Sekarang aku masih duduk di bangku kelas VI SD. Semenjak kematian ibuku, kakakku putus sekolah dan bekerja demi untuk membiayai sekolahku. Sedang nenek seperti biasa dia mengurus pekerjaan rumah. Aku dan Kak Rudi tak lupa juga ikut membantunya.
Image : Google
Tak terasa 15 tahun sudah berlalu. Aku telah lulus sarjana dan menjadi dokter. Ini semua berkat Kak Rudi dan nenek. Aku bahagia, semua ini seperti mimpi. Sebagai ucapan rasa terima kasihku pada mereka, aku, kakak, dan nenek pergi naik haji. Tapi, sayang sekali andai orang tuaku masih ada di dunia ini  …
Pasti aku akan mengajak mereka haji, dan bisa membalas kebaikan mereka selama ini. Maafkan aku ayah dan ibu, tidak bisa membalas kebaikanmu … Aku hanya bisa mendoakanmu agar diterima di sisi-Nya. Amin …

Karya   :   Salsabilah Auliyah
            Siswi Kelas IX F  SMPN 88  Jakarta

PUISI : NUANSA RAMADHAN 2020

NUANSA   RAMADHAN   2020 Karya : Dedik Ekadiana Langit berpayungkan lazuardi Awan bercengkrama dan menderu Alam bertakhta tuk ...