Rabu, 23 Agustus 2017

WISATA SEJARAH, MUSEUM PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI, BERSAMA SMP NEGERI 88 JAKARTA


Anggrek  Garuda  88,  Jakarta
Setiap anak Indonesia sudah mengetahui kapan Indonesia merdeka. Namun, mereka banyak yang belum mengetahui, kenapa dalam naskah asli Proklamasi, tertulis 17 Agustus’05, bukan 1945 ?  
Pertanyaan ini terjawab, ketika mengunjungi Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jalan Imam Bonjol No.1, Jakarta Pusat.
Pada hari Rabu, 23 Agustus 2017 siswa-siswi SMP Negeri  88 Jakarta yang didampingi 4 guru, di antaranya Dra. Hj. Syarifah, Dra. Ajriah, Drs. Dedik Ekadiana, dan Bainuddin, S.Or berkunjung ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Mereka melihat tempat Perumusan Naskah Proklamasi yang dilakukan di meja panjang dengan 10 kursi.
Para siswa tampak antusias sekali memperhatikan arahan seorang Edukator saat memberikan penjelasan terkait sejarah-sejarah yang ada di dalam museum. Sebagian lagi ada yang menyaksikan film dokumentasi di ruang audio visual.
Di sini terlihat patung replika Soekarno, Hatta, dan Ahmad Subardjo dari Rengasdengklok sedang merumuskan, mengesahkan, dan menandatangani naskah proklamasi yang dibacakan Soekarno dihadapan 27 tokoh pergerakan bangsa Indonesia yang hadir.  Saat itu bulan Ramadhan,  tanggal 17 Agustus 1945 dini hari.
Setelah sepakat, akhirnya Sayuti Melik mengetik naskah tersebut ditemani B.M. Diah. Ada yang menarik untuk ditelisik, pada perumusan naskah teks proklamasi, Soekarno dalam tulisan tangannya menulis, Djakarta 17-8-'05. Padahal tahun itu dalam penanggalan masehi adalah tahun 1945.
Menurut pengelola musem,  tahun '05 itu kependekan dari angka "tahun 2605" penanggalan yang dipergunakan Jepang saat berkuasa di Indonesia.
Penghitungan tahun tersebut dimulai ketika Kaisar Jimmu naik tahta pada tahun 660 SM, sehingga lebih awal 660 tahun dari pada Gregorian (tahun sesudah Masehi).
Namun,  saat Soekarno membacakan teks proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pukul 10.00 pagi, tanggal 17 Agustus 1945, ternyata menggunakan tahun Masehi dalam penanggalan Indonesia,  yang berlanjut hingga kini.
Di lantai 2 terdapat replika teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik Sayuti Melik, ditandatangani Ir. Soekarno-Hatta tanggal 17 Agustus 1945.  Selain itu, terdapat pula kaset Proklamasi Kemerdekaan serta mata uang sepuluh ribu tahun 1945.
Di halaman belakang Museum Perumusan Naskah Proklamasi, terdapat sebuah bunker rahasia, dengan bantuan anak tangga untuk menyusurinya. Di dalamnya terdapat sebuah kamar rahasia selebar 5 meter dengan panjang 3 meter dan tinggi 1,5 meter.
Laksamana Maeda adalah pejabat militer Jepang pada masa penjajahan. Rumah dinasnya dijadikan tempat untuk merumuskan proklamasi kemerdekaan RI pada tahun 1945 oleh para pejuang kemerdekaan.


Selamat  mengenang  perjuangan  para  pahlawan  kemerdekaan Indonesia!

PUISI : NUANSA RAMADHAN 2020

NUANSA   RAMADHAN   2020 Karya : Dedik Ekadiana Langit berpayungkan lazuardi Awan bercengkrama dan menderu Alam bertakhta tuk ...