KENAKALAN
REMAJA,
SIAPA YANG BERTANGGUNG
JAWAB ?
Bumi Cipondoh Asri, Tangerang
Anak-anak membutuhkan seorang pembimbing
itu benar, tetapi mereka juga membutuhkan orang tua yang dihormati, dikagumi,
akhirnya dapat dijadikan panutan untuk diteladani.
Mengingat semakin pesatnya kenakalan
remaja dewasa ini, perlu kiranya kita berpikir, bagaimana cara menanggulangi
gejala tersebut sekaligus meneliti mengapa grafik kenakalan justru kian
meningkat ?
Sulit disangkal, kenakalan remaja
sekarang ini sudah tidak dapat kita katagorikan kenakalan dalam batas wajar. Mengapa
? Kenakalannya mengarah ke tindakan kriminal, pelanggaran terhadap norma hukum, dan etika
sosial masyarakat, seperti penyalahgunaan narkotika, menodong, memperkosa, dan
tawuran antarsekolah, tak lebih hanya demi mendapatkan kepuasan dan pujian di
antara sesama teman.
Image : Google
Leo
B. Blissing seorang hakim di Amerika
Serikat dalam simposiumnya yang berjudul “The Angry Adolescent” mengatakan “Faktor penyebab kenakalan remaja adalah
keretakan hubungan anak dengan orang tua. Dari sekian banyak kenakalan remaja,
sang hakim menyimpulkan bahwa kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan orang
tua merupakan titik tolak berkembangnya kenakalan pada diri anak”.
Selanjutnya, Leo B. Blissing sendiri menjumpai kesulitan, bagaimana merumuskan tindakan
jitu untuk mencegah kenakalan mereka. Ia hanya mampu memberi saran, apa yang
sebaiknya dilakukan para orang tua terhadap anaknya saat menginjak remaja.
Beri Mereka Kepercayaan.
Hal-hal yang bersifat pribadi katakanlah
merupakan hak mutlak yang melekat pada diri seseorang. Hal-hal bersifat
psikhologis semacam ini agaknya memang perlu diketahui bahkan direnungkan.
Contoh kecilnya, seorang Ibu mungkin pernah memarahi anak gadisnya dikarenakan
pulang terlambat. Mungkin ia lagi nonton
film dengan sang kekasih, si Ibu
menghardik, “Apa saja sih yang kamu lakukan,
nonton aja kok berjam-jam. Jangan-jangan kalian berbuat tidak senonoh. Ibu
paling tidak suka melihat cara kalian seperti ini. Dasar anak nggak tahu diri”.
Timbul pertanyaan. Wajarkah seorang Ibu
mengorek begitu dalam masalah pribadi anaknya ?
Dapat dipastikan, tindakan seperti itu sangat keliru. Bagaimanapun
seorang Ibu jangan sampai merobek-robek hak pribadi seseorang, walau itu
anaknya sendiri. Tidak layak menganggap pendapatnya paling benar. Kalu hal
tersebut terjadi, berarti sang Ibu telah membuat lubang perselisihan batin
dengan putrinya, kemungkinan si anak
justru akan bersikap semaunya dan tidak mau lagi menaruh rasa hormat apalagi
mematuhi kehendaknya. Meletakkan tanggung jawab dan kepercayaan pada diri anak merupakan
langkah menguntungkan dalam upaya mendidik mental dalam mewujudkan tanggung
jawab.
Hubungan antara anak dan orang tua harus
akrab, penuh pengertian, dan kasih
sayang. Memecahkan problem dengan mengikutsertakan anak penting sekali, artinya
si anak merasa mendapatkan perhatian dan kepercayaan mengisi tanggung jawab
keluarga. Di sini, si anak mendapatkan motivasi psikhologis menjalin
kepercayaan pada dirinya sendiri.
Keyakinan
adalah faktor terpenting menghadapi segala macam bentuk peradaban. Terbinanya
kepercayaan pada diri anak, telah memberi andil besar terhadap perkembangannya dalam
upaya menemukan jatidiri.
Tunjukkan Kelemahan dan Beri
Semangat.
Tidak sedikit kalangan keluarga bersikap
masa bodoh terhadap apa yang dikerjakan si anak. Dalam masa perkembangan, anak
memerlukan bimbingan, seperti dipuji, dimintai pertanggungjawaban, dan ditegur
sambil menunjukkan kesalahan adalah tindakan yang harus kita lakukan.
Dengan langkah seperti ini, disiplin anak
tetap terjaga, rasa hormat, dan segan akan muncul karena si anak merasa diberi
hak dan kepercayaan. Sikap arif pada hakekatnya sangat mempengaruhi
perkembaangan, terutama lingkup kehidupan dan cara bertindak kedua orang tua
mereka.
Hubungan Ibu dan anak harus dapat
diibaratkan bak teman sepermainan.
Dengan begitu anak akan merasa tidak segan menanyakan hal-hal yang dianggap
rumit sampai masalah yang sangat pribadi sekalipun. Jika ditanggapi dengan
ke-arifan, mungkin bukan hal yang bersifat rahasia lagi.
Terjadinya pemerkosaan, penodongan, dan
tindak kejahatan yang dilakukan para remaja, besar kemungkinan merupakan
manifestasi ketidakpuasannya terhadap situasi di lingkungan rumah. Anak-anak
usia remaja lazimnya haus perhatian.
Mereka mendampakan sosok panutan yang sanggup meredam gejolak perasaan tak puas
mereka, di samping rasa aman dan kasih sayang orang tua.
Image : Google
Jelasnya, kenakalan remaja bukanlah
kesalahan anak semata. Salah satu sebab adalah kurang perhatian dan kasih
sayang kedua orang tua. Di sini peran orang tua sangat berpengaruh dalam upaya
mengatasi lonjakan kenakalan remaja. Orang tua harus mampu menjadi teman
sepermainan, menjadi kakak sekaligus pembimbing yang disegani dan dihormati.
Fokus kenakalan remaja menjadi tanggung jawab kita bersama, baik orang tua
terhadap anaknya secara langsung maupun masyarakat yang berada di lingkungan
anak-anak remaja.
Hendaknya
masyarakat yang memiliki otoritas terhadap anak-anak remaja, bersedia memberi
contoh yang bisa diteladani, entah mereka seorang eksekutif, guru, bahkan sosok
yang menjadi public figure. Jangan
membuat anak-anak remaja menjadi muak
karena melihat tingkah laku yang tidak sepantasnya dilakukan menurut ukuran norma
agama dan etika sosial.
By : Dedik