Rabu, 21 Maret 2018

KENAKALAN REMAJA


KENAKALAN  REMAJA,
SIAPA  YANG  BERTANGGUNG  JAWAB  ?

Bumi Cipondoh Asri,  Tangerang
Anak-anak membutuhkan seorang pembimbing itu benar, tetapi mereka juga membutuhkan orang tua yang dihormati, dikagumi, akhirnya dapat dijadikan panutan untuk diteladani.
Mengingat semakin pesatnya kenakalan remaja dewasa ini, perlu kiranya kita berpikir, bagaimana cara menanggulangi gejala tersebut sekaligus meneliti mengapa grafik kenakalan justru kian meningkat ?
Sulit disangkal, kenakalan remaja sekarang ini sudah tidak dapat kita katagorikan kenakalan dalam batas wajar. Mengapa ? Kenakalannya mengarah ke tindakan kriminal,  pelanggaran terhadap norma hukum, dan etika sosial masyarakat, seperti penyalahgunaan narkotika, menodong, memperkosa, dan tawuran antarsekolah, tak lebih hanya demi mendapatkan kepuasan dan pujian di antara sesama teman.
Image  :  Google
Leo B. Blissing seorang hakim di Amerika Serikat dalam simposiumnya yang berjudul “The Angry Adolescent” mengatakan “Faktor penyebab kenakalan remaja adalah keretakan hubungan anak dengan orang tua. Dari sekian banyak kenakalan remaja, sang hakim menyimpulkan bahwa kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan orang tua merupakan titik tolak berkembangnya kenakalan pada diri anak”.
Selanjutnya, Leo B. Blissing sendiri menjumpai kesulitan, bagaimana merumuskan tindakan jitu untuk mencegah kenakalan mereka. Ia hanya mampu memberi saran, apa yang sebaiknya dilakukan para orang tua terhadap anaknya saat menginjak remaja.

Beri Mereka Kepercayaan.
Hal-hal yang bersifat pribadi katakanlah merupakan hak mutlak yang melekat pada diri seseorang. Hal-hal bersifat psikhologis semacam ini agaknya memang perlu diketahui bahkan direnungkan. Contoh kecilnya, seorang Ibu mungkin pernah memarahi anak gadisnya dikarenakan pulang terlambat.  Mungkin ia lagi nonton film dengan sang kekasih,  si Ibu menghardik, “Apa saja sih yang kamu lakukan, nonton aja kok berjam-jam. Jangan-jangan kalian berbuat tidak senonoh. Ibu paling tidak suka melihat cara kalian seperti ini. Dasar anak nggak tahu diri”.
Timbul pertanyaan. Wajarkah seorang Ibu mengorek begitu dalam masalah pribadi anaknya ?  Dapat dipastikan, tindakan seperti itu sangat keliru. Bagaimanapun seorang Ibu jangan sampai merobek-robek hak pribadi seseorang, walau itu anaknya sendiri. Tidak layak menganggap pendapatnya paling benar. Kalu hal tersebut terjadi, berarti sang Ibu telah membuat lubang perselisihan batin dengan putrinya,  kemungkinan si anak justru akan bersikap semaunya dan tidak mau lagi menaruh rasa hormat apalagi mematuhi kehendaknya. Meletakkan tanggung jawab dan kepercayaan pada diri anak merupakan langkah menguntungkan dalam upaya mendidik mental dalam mewujudkan tanggung jawab.
Hubungan antara anak dan orang tua harus akrab, penuh pengertian,  dan kasih sayang. Memecahkan problem dengan mengikutsertakan anak penting sekali, artinya si anak merasa mendapatkan perhatian dan kepercayaan mengisi tanggung jawab keluarga. Di sini, si anak mendapatkan motivasi psikhologis menjalin kepercayaan pada dirinya sendiri.
Keyakinan adalah faktor terpenting menghadapi segala macam bentuk peradaban. Terbinanya kepercayaan pada diri anak, telah memberi andil besar terhadap perkembangannya dalam upaya menemukan jatidiri.
Tunjukkan Kelemahan dan Beri Semangat.
Tidak sedikit kalangan keluarga bersikap masa bodoh terhadap apa yang dikerjakan si anak. Dalam masa perkembangan, anak memerlukan bimbingan,  seperti  dipuji, dimintai pertanggungjawaban, dan ditegur sambil menunjukkan kesalahan adalah tindakan yang harus kita lakukan.
Dengan langkah seperti ini, disiplin anak tetap terjaga, rasa hormat, dan segan akan muncul karena si anak merasa diberi hak dan kepercayaan. Sikap arif pada hakekatnya sangat mempengaruhi perkembaangan, terutama lingkup kehidupan dan cara bertindak kedua orang tua mereka.
Hubungan Ibu dan anak harus dapat diibaratkan bak teman sepermainan. Dengan begitu anak akan merasa tidak segan menanyakan hal-hal yang dianggap rumit sampai masalah yang sangat pribadi sekalipun. Jika ditanggapi dengan ke-arifan, mungkin bukan hal yang bersifat rahasia lagi.
Terjadinya pemerkosaan, penodongan, dan tindak kejahatan yang dilakukan para remaja, besar kemungkinan merupakan manifestasi ketidakpuasannya terhadap situasi di lingkungan rumah. Anak-anak usia remaja lazimnya haus perhatian. Mereka mendampakan sosok panutan yang sanggup meredam gejolak perasaan tak puas mereka, di samping rasa aman dan kasih sayang orang tua.
Image  :  Google
Jelasnya, kenakalan remaja bukanlah kesalahan anak semata. Salah satu sebab adalah kurang perhatian dan kasih sayang kedua orang tua. Di sini peran orang tua sangat berpengaruh dalam upaya mengatasi lonjakan kenakalan remaja. Orang tua harus mampu menjadi teman sepermainan, menjadi kakak sekaligus pembimbing yang disegani dan dihormati. Fokus kenakalan remaja menjadi tanggung jawab kita bersama, baik orang tua terhadap anaknya secara langsung maupun masyarakat yang berada di lingkungan anak-anak remaja.
Hendaknya masyarakat yang memiliki otoritas terhadap anak-anak remaja, bersedia memberi contoh yang bisa diteladani, entah mereka seorang eksekutif, guru, bahkan sosok yang menjadi public figure. Jangan membuat anak-anak remaja menjadi  muak karena melihat tingkah laku yang tidak sepantasnya dilakukan menurut ukuran norma agama dan etika sosial.
By : Dedik

PUISI : NUANSA RAMADHAN 2020

NUANSA   RAMADHAN   2020 Karya : Dedik Ekadiana Langit berpayungkan lazuardi Awan bercengkrama dan menderu Alam bertakhta tuk ...