Jumat, 26 Mei 2017

SEKILAS MASYARAKAT dan MISTIK


            Membahas tentang masyarakat tak bisa lepas dari berbagai aspek yang hidup dalam masyarakat itu sendiri. Salah satunya adalah aspek kebudayaan. Secara umum kebudayaan oleh ahli anthropologi bisa dibagi dalam 7 unsur kebudayaan yang disebut dengan kebudayaan universal, yaitu terdiri atas : bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, peralatan hidup dan teknologi, mata pencaharian hidup, religi, dan kesenian.
            Sedikit menarik membicarakan tentang unsur  religi, karena unsur  inilah yang mendominasi kehidupan masyarakat kita sampai sekarang ini. Bukan berarti unsur yang lain tidak menarik tetapi berhubung religi, khususnya ilmu ghaib di masyarakat kita masih begitu tertutup dan masih jarang kita kaji lebih mendalam.
Membahas tentang religi, tak bisa lepas kaitannya dengan ilmu ghaib yang biasanya masyarakat luar menyebutnya dengan mistik. Untuk masyarakat Jawa lebih umum dengan menyebutnya Ngilmu.
            Pada pokoknya, tulisan ini akan membahas tentang ilmu mistik itu sendiri yang hidup di kalangan masyarakat Jawa, utamanya tentang mantra dan aspek sosialnya terhadap masyarakat. Baik ditinjau tentang keberadaan mistik secara vertikal maupun horizontal. Metode yang kami gunakan adalah telaah dari beberapa buku dan wawancara langsung dengan orang-orang yang menganutnya dalam bentuk percakapan biasa. Dan kami analisa keberadaannya dalam masyarakat. Berhubung biasanya mereka agak tertutup dalam berbagai hal dari orang luar, maka hasilnya pun jauh dari memuaskan.
            Lebih afdolnya, maka akan kami ulas dulu tentang keberadaan mistik dari segi kesejarahan. Untuk masyarakat masa pra-sejarah, kita kenal adanya religi Animisme dan Dinamisme, mereka mempercayai kekuatan alam, seperti pada gunung, angin,  batu besar dan lain-lain yang kesemuanya dianggap mempunyai kekuatan lebih tinggi dari kekuatan manusia.
            Masa pengaruh agama Hindu dan Budha mengalami perkembangan dengan adanya kepercayaan akan dewa-dewa. Pada masa ini seorang pemimpin harus mempunyai keistimewaan dari masyarakat biasa yang berupa kekuatan super natural, sehingga mempunyai suatu kewibawaan kharismatik. Demikian pula halnya dengan kepercayaan terhadap benda keramat yang disakralkan yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap kosmos dan mengendalikan keseimbangan sekaligus untuk menolak bahaya. Benda semacam ini dalam kerajaan-kerajaan lokal ditempatkan pada suatu ruang yang khusus, dan dianggap sebagai salah satu legitimasi sang penguasanya. Apabila benda ini hilang, maka ada anggapan bahwa kerajaan akan mengalami suatu musibah. Seandainya terjadi suatu intrik dengan kerajaan lain, maka benda pusaka ini ikut diboyong kerajaan yang menang sebagai suatu barang rampasan perang dan untuk menghilangkan legitimasi raja yang kalah.
            Setelah masa pengaruh Islamisasi, kepercayaan akan mistik mengalami perkembangan juga. Proses Islamisasi di tanah Jawa tak lepas peranannya dari Wali Songo, yang mana untuk menyebarkan agama memakai juga unsur mistik yang disebut dengan sufisme. Pendirian Kerajaan Demak ada kaitannya dengan unsur mitos yang menyatakan bahwa kelak di daerah Bintara akan berdiri suatu pusat kerajaan yang besar di Jawa. Sehingga akhirnya Raden Patah dalam mendirikan kerajaannya memilih tempat di daerah Bintara.
            Pada masa kolonialisme Belanda, pergolakan di berbagai daerah untuk mendapatkan dukungan rakyat banyak menggunakan juga mistik. Salah satu contohnya adalah pemberontakan pahlawan Pangeran Diponegoro. Dalam suatu kisah tentang fragmen Autobiografinya, diceritakan tentang pertemuannya dengan Ratu Adil, yang bersemayam di Puncak Gunung Rasamuni. Di sanalah Pangeran Diponegoro mendapatkan mandat Ratu Adil, untuk memerangi kekafiran dengan memakai gelar Sultan Abdihamid Erucokro Kabitul Muk’min Sayidin Panatagama Jawa Kalifatul Rasullullah. Di lain pihak pengaruh Jayabaya akan datangnya Ratu Adil yang akan memerintah dengan adil dan makmur demikian kuatnya.
Pangeran Diponegoro yang memakai gelar ratu adil ini dianggap penjelmaan dari Ratu Adil dan mendapat dukungan dari hampir semua lapisan masyarakat.
            Kepercayaan masyarakat Jawa terhadap mistik demikian kuatnya hingga sterasa sampai dewasa ini. Kita lihat adanya upacara seremonial dari tingkat kelahiran, kematian hingga sesudah mati demikian banyaknya peringatan. Dari tingkat kelahiran, kita kenal adanya selamatan 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari dan ngirim. Demikian juga halnya dengan satu mimpi yang dianggap buruk, musibah, juga dikaitkan dengan selamatan tertentu untuk menebusnya.
            Keterkaitan mistik ini dalam masyarakat ada juga yang tidak mempercayainya dan menganggap hanya sebagai warisan kebudayaan nenek moyang. Kendati demikian rata-rata sebagian besar masyarakat Jawa dewasa ini masih mempercayai demikian kuatnya.

Ilmu Ghaib atau Mistik.
            Ilmu ghaib atau mistik adalah suatu mantra tertentu yang dianggap bisa mendatangkan kekuatan supranatural untuk dipergunakan oleh seseorang yang menjalaninya ( ngecak-ake, Jawa ). Di samping itu ada juga kepercayaan suatu benda tertentu, suatu misal : akik, keris, kalung, yang bisa mempunyai kekuatan. Kendati demikian, mereka percaya kepada kekuatan dan kekuasaan yang tertinggi terletak pada Tuhan semesta alam.
            Dalam alam kepercayaan, mereka membagi adanya suatu mantra, yaitu mantra ilmu hitam dan mantra ilmu putih. Ilmu putih adalah ilmu yang dianggap mempunyai kekuatan yang berasal dari Tuhan, dan dipergunakan untuk kebajikan, sedangkan ilmu hitam adalah ilmu yang mempunyai kekuatan yang berasal dari  syetan, dan dipergunakan untuk hal-hal buruk.
Ditinjau dari segi bahasa mantra, sejauh yang penulis temui di dalam masyarakat, terbagi atas  :
1.      Mantra ilmu mistik kejawen.
Berisikan mantra dalam bahasa Jawa kuno atau pun bahasa Jawa yang dewasa ini kita pakai. Dalam isi mantra ini akan kita jumpai penyebutan dewa tertentu atau pada kekuatan alam tertentu untuk membangkitkan kekuatan supranatural. Dalam aliran kejawen akan ditemui penebusan tertentu berupa ‘poso Nglowong Ngrokot’, Pati geni, mutih, ngidang, dan sebagainya.
Image : Google
2.    Mantra ilmu ghaib pengaruh Agama Islam.
      Berisi mantra dalam bahasa Arab, yang bisa juga penggalan dari ayat suci Al-Qur’an, penebusan yang kita jumpai adalah puasa, wiridan dalam jumlah tertentu, dan mengirim doa pada tokoh yang dianggap mewariskan ilmu itu.
Ditinjau dari segi lapisan masyarakat, maka pada dasarnya semua lapisan sosial yang ada mempercayai akan adanya mistik dengan kadar dan motifasi tertentu.  Motifasi, adat istiadat, dan kebudayaan adalah faktor yang dominan untuk menerima akan adanya mistik. Masyarakat menerima karena secara tidak sadar mewarisi secara turun menurun. Faktor lingkungan juga mempengaruhi seseorang untuk menerima ilmu mistik. Mereka menerimanya karena memang tinggal dalam lingkungan yang kuat pengaruh mistiknya, menyesuaikan dengan lingkungannya. Faktor ekonomi, mereka mempercayainya bahwa kekuatan supranatural  tertentu dapat menaikkan taraf hidupnya.
            Masyarakat kelas menengah ke bawah yang paling menarik adalah faktor ekonomi, kendati demikian faktor adat juga sangat dominan. Tak jarang kita mendengar kabar angin yang menyatakan bahwa untuk meminta kaya mereka mendatangi dukun tertentu untuk meminta bantuan. Memang diakui menurut para penganut mistik, bahwa hal ini memang ada, tetapi dianggap menyimpang dari ilmu putih. Biasanya juga pergi ke tempat tertentu untuk ziarah atau nyepi yang bila menyanggupi syarat yang diajukan, maka akan berhasil apa yang diinginkan.
            Pada lapisan masyarakat menengah ke atas, biasanya kita jumpai seseorang bermotifasi untuk menaikkan pangkat dalam jabatan tertentu atau untuk menjatuhkan seseorang yang duduk dalam jabatan yang diincarnya. Sehingga tidak heran bila kita jumpai mereka ikut nimbrung juga ke para dukun atau ziarah ke tempat tertentu. Kendati demikian banyak di antara masyarakat yang menggunakan kekuatan supranatural untuk melindungi diri sendiri, menambah kewibawaan, dan untuk menolong orang.
            Pada masyarakat intelektual, pengaruh mistik relatif berkurang, menganggap hanya sebagai pola pikir irrasional, warisan tradisi masa lampau. Hal ini dipengaruhi oleh sifat keilmiahan yang meninjau sesuatu berdasarkan keilmiahan dan rasional.  Kendati demikian, banyak juga yang mempercayai tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Faktor kejenuhan pada aktifitas sehari-hari terkadang mendorong untuk mencari suasana yang baru di antaranya ke pendekatan pada mistik.
            Ada satu hal yang sangat menggelitik hati kita, tak jarang kita temui adanya kekuatan supranatural untuk memecahkan suatu masalah bila secara ilmiah dan rasional sulit dipecahkan, suatu misal untuk mengejar ambisi, cinta yang gagal mereka berkonsultasi dengan para tokoh paranormal.
            Dari ulasan sedikit di atas, maka akan kita lihat betapa kompleks pengaruh ilmu mistik dalam masyarakat Jawa. Sebagai warisan budaya kita ikut bangga Tapi sayangnya, kita terbentur pada ketertutupan mereka dan sifatnya yang sulit dinalar keberadaannya sehingga sulit untuk diungkapkan.

Karya  :  Drs. DEDIK  EKADIANA
                    Guru  PKn,  SMP Negeri 88  Slipi,  Palmerah,  Jakarta Barat
       
       


                                                                                               

PUISI : NUANSA RAMADHAN 2020

NUANSA   RAMADHAN   2020 Karya : Dedik Ekadiana Langit berpayungkan lazuardi Awan bercengkrama dan menderu Alam bertakhta tuk ...