Membahas tentang masyarakat tak bisa
lepas dari berbagai aspek yang hidup dalam masyarakat itu sendiri. Salah
satunya adalah aspek kebudayaan. Secara umum kebudayaan oleh ahli anthropologi
bisa dibagi dalam 7 unsur kebudayaan yang disebut dengan kebudayaan universal,
yaitu terdiri atas : bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial,
peralatan hidup dan teknologi, mata pencaharian hidup, religi, dan kesenian.
Sedikit menarik membicarakan tentang
unsur religi, karena unsur inilah yang mendominasi kehidupan masyarakat
kita sampai sekarang ini. Bukan berarti unsur yang lain tidak menarik tetapi
berhubung religi, khususnya ilmu ghaib di masyarakat kita masih begitu tertutup
dan masih jarang kita kaji lebih mendalam.
Membahas
tentang religi, tak bisa lepas kaitannya dengan ilmu ghaib yang biasanya
masyarakat luar menyebutnya dengan mistik. Untuk masyarakat Jawa lebih umum
dengan menyebutnya Ngilmu.
Pada pokoknya, tulisan ini akan
membahas tentang ilmu mistik itu sendiri yang hidup di kalangan masyarakat Jawa,
utamanya tentang mantra dan aspek sosialnya terhadap masyarakat. Baik ditinjau
tentang keberadaan mistik secara vertikal maupun horizontal. Metode yang kami
gunakan adalah telaah dari beberapa buku dan wawancara langsung dengan
orang-orang yang menganutnya dalam bentuk percakapan biasa. Dan kami analisa
keberadaannya dalam masyarakat. Berhubung biasanya mereka agak tertutup dalam
berbagai hal dari orang luar, maka hasilnya pun jauh dari memuaskan.
Lebih afdolnya, maka akan kami ulas
dulu tentang keberadaan mistik dari segi kesejarahan. Untuk masyarakat masa
pra-sejarah, kita kenal adanya religi Animisme
dan Dinamisme, mereka mempercayai
kekuatan alam, seperti pada gunung, angin,
batu besar dan lain-lain yang kesemuanya dianggap mempunyai kekuatan
lebih tinggi dari kekuatan manusia.
Masa pengaruh agama Hindu dan Budha
mengalami perkembangan dengan adanya kepercayaan akan dewa-dewa. Pada masa ini
seorang pemimpin harus mempunyai keistimewaan dari masyarakat biasa yang berupa
kekuatan super natural, sehingga mempunyai suatu kewibawaan kharismatik.
Demikian pula halnya dengan kepercayaan terhadap benda keramat yang disakralkan
yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap kosmos dan mengendalikan keseimbangan
sekaligus untuk menolak bahaya. Benda semacam ini dalam kerajaan-kerajaan lokal
ditempatkan pada suatu ruang yang khusus, dan dianggap sebagai salah satu
legitimasi sang penguasanya. Apabila benda ini hilang, maka ada anggapan bahwa
kerajaan akan mengalami suatu musibah. Seandainya terjadi suatu intrik dengan
kerajaan lain, maka benda pusaka ini ikut diboyong kerajaan yang menang sebagai
suatu barang rampasan perang dan untuk menghilangkan legitimasi raja yang
kalah.
Setelah masa pengaruh Islamisasi,
kepercayaan akan mistik mengalami perkembangan juga. Proses Islamisasi di tanah
Jawa tak lepas peranannya dari Wali Songo, yang mana untuk
menyebarkan agama memakai juga unsur mistik yang disebut dengan sufisme.
Pendirian Kerajaan Demak ada kaitannya dengan unsur mitos yang menyatakan bahwa
kelak di daerah Bintara akan berdiri suatu pusat kerajaan yang besar di Jawa.
Sehingga akhirnya Raden Patah dalam mendirikan kerajaannya memilih tempat di
daerah Bintara.
Pada masa kolonialisme Belanda,
pergolakan di berbagai daerah untuk mendapatkan dukungan rakyat banyak
menggunakan juga mistik. Salah satu contohnya adalah pemberontakan pahlawan
Pangeran Diponegoro. Dalam suatu kisah tentang fragmen Autobiografinya,
diceritakan tentang pertemuannya dengan Ratu Adil, yang bersemayam di Puncak
Gunung Rasamuni. Di sanalah Pangeran Diponegoro mendapatkan mandat Ratu Adil,
untuk memerangi kekafiran dengan memakai gelar Sultan Abdihamid Erucokro Kabitul Muk’min Sayidin Panatagama Jawa
Kalifatul Rasullullah. Di lain pihak pengaruh Jayabaya akan datangnya Ratu
Adil yang akan memerintah dengan adil dan makmur demikian kuatnya.
Pangeran
Diponegoro yang memakai gelar ratu adil ini dianggap penjelmaan dari Ratu Adil dan
mendapat dukungan dari hampir semua lapisan masyarakat.
Kepercayaan masyarakat Jawa terhadap
mistik demikian kuatnya hingga sterasa sampai dewasa ini. Kita lihat adanya
upacara seremonial dari tingkat kelahiran, kematian hingga sesudah mati
demikian banyaknya peringatan. Dari tingkat kelahiran, kita kenal adanya
selamatan 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari dan ngirim. Demikian
juga halnya dengan satu mimpi yang dianggap buruk, musibah, juga dikaitkan
dengan selamatan tertentu untuk menebusnya.
Keterkaitan mistik ini dalam
masyarakat ada juga yang tidak mempercayainya dan menganggap hanya sebagai
warisan kebudayaan nenek moyang. Kendati demikian rata-rata sebagian besar
masyarakat Jawa dewasa ini masih mempercayai demikian kuatnya.
Ilmu
Ghaib atau Mistik.
Ilmu ghaib atau mistik adalah suatu
mantra tertentu yang dianggap bisa mendatangkan kekuatan supranatural untuk dipergunakan
oleh seseorang yang menjalaninya ( ngecak-ake,
Jawa ). Di samping itu ada juga kepercayaan suatu benda tertentu, suatu
misal : akik, keris, kalung, yang bisa mempunyai kekuatan. Kendati demikian,
mereka percaya kepada kekuatan dan kekuasaan yang tertinggi terletak pada Tuhan
semesta alam.
Dalam alam kepercayaan, mereka
membagi adanya suatu mantra, yaitu mantra ilmu hitam dan mantra ilmu putih. Ilmu
putih adalah ilmu yang dianggap mempunyai kekuatan yang berasal dari Tuhan, dan
dipergunakan untuk kebajikan, sedangkan ilmu hitam adalah ilmu yang mempunyai
kekuatan yang berasal dari syetan, dan
dipergunakan untuk hal-hal buruk.
Ditinjau
dari segi bahasa mantra, sejauh yang penulis temui di dalam masyarakat, terbagi
atas :
1.
Mantra
ilmu mistik kejawen.
Berisikan
mantra dalam bahasa Jawa kuno atau pun bahasa Jawa yang dewasa ini kita pakai.
Dalam isi mantra ini akan kita jumpai penyebutan dewa tertentu atau pada
kekuatan alam tertentu untuk membangkitkan kekuatan supranatural. Dalam aliran
kejawen akan ditemui penebusan tertentu berupa ‘poso Nglowong Ngrokot’, Pati
geni, mutih, ngidang, dan sebagainya.
Image : Google
2. Mantra ilmu ghaib pengaruh Agama Islam.
Berisi
mantra dalam bahasa Arab, yang bisa juga penggalan dari ayat suci Al-Qur’an,
penebusan yang kita jumpai adalah puasa, wiridan dalam jumlah tertentu, dan
mengirim doa pada tokoh yang dianggap mewariskan ilmu itu.
Ditinjau
dari segi lapisan masyarakat, maka pada dasarnya semua lapisan sosial yang ada
mempercayai akan adanya mistik dengan kadar dan motifasi tertentu. Motifasi, adat istiadat, dan kebudayaan
adalah faktor yang dominan untuk menerima akan adanya mistik. Masyarakat
menerima karena secara tidak sadar mewarisi secara turun menurun. Faktor
lingkungan juga mempengaruhi seseorang untuk menerima ilmu mistik. Mereka
menerimanya karena memang tinggal dalam lingkungan yang kuat pengaruh
mistiknya, menyesuaikan dengan lingkungannya. Faktor ekonomi, mereka
mempercayainya bahwa kekuatan supranatural
tertentu dapat menaikkan taraf hidupnya.
Masyarakat kelas menengah ke bawah
yang paling menarik adalah faktor ekonomi, kendati demikian faktor adat juga
sangat dominan. Tak jarang kita mendengar kabar angin yang menyatakan bahwa
untuk meminta kaya mereka mendatangi dukun tertentu untuk meminta bantuan.
Memang diakui menurut para penganut mistik, bahwa hal ini memang ada, tetapi
dianggap menyimpang dari ilmu putih. Biasanya juga pergi ke tempat tertentu
untuk ziarah atau nyepi yang bila menyanggupi syarat yang diajukan, maka akan
berhasil apa yang diinginkan.
Pada lapisan masyarakat menengah ke
atas, biasanya kita jumpai seseorang bermotifasi untuk menaikkan pangkat dalam
jabatan tertentu atau untuk menjatuhkan seseorang yang duduk dalam jabatan yang
diincarnya. Sehingga tidak heran bila kita jumpai mereka ikut nimbrung juga ke
para dukun atau ziarah ke tempat tertentu. Kendati demikian banyak di antara
masyarakat yang menggunakan kekuatan supranatural untuk melindungi diri
sendiri, menambah kewibawaan, dan untuk menolong orang.
Pada masyarakat intelektual,
pengaruh mistik relatif berkurang, menganggap hanya sebagai pola pikir
irrasional, warisan tradisi masa lampau. Hal ini dipengaruhi oleh sifat
keilmiahan yang meninjau sesuatu berdasarkan keilmiahan dan rasional. Kendati demikian, banyak juga yang
mempercayai tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Faktor kejenuhan pada
aktifitas sehari-hari terkadang mendorong untuk mencari suasana yang baru di
antaranya ke pendekatan pada mistik.
Ada satu hal yang sangat menggelitik
hati kita, tak jarang kita temui adanya kekuatan supranatural untuk memecahkan
suatu masalah bila secara ilmiah dan rasional sulit dipecahkan, suatu misal
untuk mengejar ambisi, cinta yang gagal mereka berkonsultasi dengan para tokoh
paranormal.
Dari ulasan sedikit di atas, maka
akan kita lihat betapa kompleks pengaruh ilmu mistik dalam masyarakat Jawa.
Sebagai warisan budaya kita ikut bangga Tapi sayangnya, kita terbentur pada
ketertutupan mereka dan sifatnya yang sulit dinalar keberadaannya sehingga
sulit untuk diungkapkan.
Karya : Drs. DEDIK EKADIANA
Karya : Drs. DEDIK EKADIANA