SMPN 88 SELENGGARAKAN PROGRAM
EDUKASI INOVATIF UNTUK
ANAK
Anggrek
Garuda 88, Jakarta
Dalam rangka mencegah bahaya kekerasan (bullying) terhadap anak, SMPN 88 bekerja
sama dengan Yayasan Edukasi Dana Umum (EDU
FOUNDATION) selenggarakan penyuluhan di sekolah pada 24 Oktober 2018.
Kepala SMPN 88 H. Sayitno, MM mengatakan,
sasaran dari penyuluhan itu di samping anak didik, juga orang tua, dan guru
agar dapat meciptakan anak sehat (jasmani -rokhani) dan mandiri, melaksanakan
program sekolah berkelanjutan, dan berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa ; cerdas dalam definisi memiliki sikap-sikap ilmiah.
“Acara
tersebut juga diisi dengan simulasi. Untuk itu, pihak sekolah mengundang 24
orang tua siswa beserta walikelas yang mewaliki 24 lokal kelas di SMPN 88,”
ujar H. Sayitno.
“Saya
menyambut baik acara semacam ini, sebab sebagai nutrisi tambahan dalam proses belajar mengajar
di SMPN 88,” ujar H. Sayitno optimis.
Tujuan intinya peserta paham tentang apa itu bullying, mengetahui ciri-ciri anak yang
mengalami bullying, sebagai korban
atau pelaku, mengetahui cara mengatasi korban atau pelaku bullying, terutama jika itu anak-anak.
Narasumber yang hadir pada acara tersebut,
Rayi Tanjung Sari, M.Si mengatakan, berdasarkan laporan UNICEF tahun 2015, 40%
anak muda di Indonesia mengalami bullying
di sekolah, sementara 32% dari
korban tersebut juga menjadi korban kekerasan fisik.
“Masih menurut laporan UNICEF, sebanyak 72%
anak muda mengaku pernah menjadi saksi dari kekerasan terhadap anak-anak secara
fisik, psikis, maupun seksual,” tambahnya.
Lebih jauh Rayi mengungkapkan, sejak tahun
2011 hingga 2016 Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan sekitar 23
ribu kasus kekerasan fisik dan psikis terhadap anak-anak. Dari angka tersebut,
imbuhnya, 253 kasus di antaranya dikategorikan sebagai kasus bullying.
“Hingga Juni 2017, Kementerian Sosial
menerima lebih banyak laporan bullying ketimbang
tahun sebelumnya. Di samping itu, penelitian yang dilakukan Simbolon pada tahun
2012 menemukan bahwa fenomena bullying
masih berlanjut hingga tingkat universitas. Mahasiswa asrama yang terlibat
dalam penelitian tersebut mengaku telah menindas dengan memukul, melecehkan
korban yang merupakan juniornya,” papar Rayi Tanjung Sari, M.Si.
Di sesi tanya jawab, Wakasis SMPN 88, Ajriah,
bertanya kepada narasumber tentang cara bagaimana menangani orang tua yang
tidak koperatif terhadap perilaku anak-anaknya di sekolah. Narasumber menjawab,
sebaiknya pihak sekolah membuat bukti-bukti visual mengenai verba perilaku anak
tersebut untuk pelengkap pemberitahuan terhadap pihak orang tuanya, karena
bagaimana pun kerja sama orang tua dan guru menjadi penentu terwujudnya
perubahan perilaku anak didik menjadi lebih baik dan mampu meraih prestasi
akademik.
Acara juga diisi dengan pengisian lembar post test oleh peserta, dengan aspek
data perbedaan pre test dan post
test.
Salah satu wakil orang tua siswa (kelas VIII
A), Ferlagutan M Lubis, saat ditanya mengatakan, acara semacam ini sangat
bermanfaat, sebab dapat merangsang sikap proaktif anak didik untuk mengatasi
problem bullying yang dihadapi
teman-temannya.
”Apalagi
dengan telah masifnya penggunaan media sosial di kalangan masyarakat, persoalan
bullying muncul seperti trend yang
salah kaprah. Acara penyuluhan seperti ini mutlak diperlukan untuk
langkah-langkah preventif,” tambahnya.
By : Dedik