Kamis, 25 Oktober 2018

PROGRAM EDUKASI INOVATIF SMPN 88


SMPN 88 SELENGGARAKAN PROGRAM
EDUKASI INOVATIF UNTUK ANAK

Anggrek Garuda 88, Jakarta
Dalam rangka mencegah bahaya kekerasan (bullying) terhadap anak, SMPN 88 bekerja sama dengan Yayasan Edukasi Dana Umum (EDU FOUNDATION) selenggarakan penyuluhan di sekolah pada 24 Oktober 2018.
Kepala SMPN 88 H. Sayitno, MM mengatakan, sasaran dari penyuluhan itu di samping anak didik, juga orang tua, dan guru agar dapat meciptakan anak sehat (jasmani -rokhani) dan mandiri, melaksanakan program sekolah berkelanjutan, dan berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa ; cerdas dalam definisi memiliki sikap-sikap ilmiah.
 “Acara tersebut juga diisi dengan simulasi. Untuk itu, pihak sekolah mengundang 24 orang tua siswa beserta walikelas yang mewaliki 24 lokal kelas di SMPN 88,” ujar H. Sayitno.
 “Saya menyambut baik acara semacam ini, sebab sebagai  nutrisi tambahan dalam proses belajar mengajar di SMPN 88,” ujar H. Sayitno optimis.
Tujuan intinya peserta paham tentang apa itu bullying, mengetahui ciri-ciri anak yang mengalami bullying, sebagai korban atau pelaku, mengetahui cara mengatasi korban atau pelaku bullying, terutama jika itu anak-anak.
Narasumber yang hadir pada acara tersebut, Rayi Tanjung Sari, M.Si mengatakan, berdasarkan laporan UNICEF tahun 2015, 40% anak muda di Indonesia mengalami bullying  di sekolah, sementara 32% dari korban tersebut juga menjadi korban kekerasan fisik.
“Masih menurut laporan UNICEF, sebanyak 72% anak muda mengaku pernah menjadi saksi dari kekerasan terhadap anak-anak secara fisik, psikis, maupun seksual,” tambahnya.
Lebih jauh Rayi mengungkapkan, sejak tahun 2011 hingga 2016 Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan sekitar 23 ribu kasus kekerasan fisik dan psikis terhadap anak-anak. Dari angka tersebut, imbuhnya, 253 kasus di antaranya dikategorikan sebagai kasus bullying.
“Hingga Juni 2017, Kementerian Sosial menerima lebih banyak laporan bullying ketimbang tahun sebelumnya. Di samping itu, penelitian yang dilakukan Simbolon pada tahun 2012 menemukan bahwa fenomena bullying masih berlanjut hingga tingkat universitas. Mahasiswa asrama yang terlibat dalam penelitian tersebut mengaku telah menindas dengan memukul, melecehkan korban yang merupakan juniornya,” papar Rayi Tanjung Sari, M.Si.
Di sesi tanya jawab, Wakasis SMPN 88, Ajriah, bertanya kepada narasumber tentang cara bagaimana menangani orang tua yang tidak koperatif terhadap perilaku anak-anaknya di sekolah. Narasumber menjawab, sebaiknya pihak sekolah membuat bukti-bukti visual mengenai verba perilaku anak tersebut untuk pelengkap pemberitahuan terhadap pihak orang tuanya, karena bagaimana pun kerja sama orang tua dan guru menjadi penentu terwujudnya perubahan perilaku anak didik menjadi lebih baik dan mampu meraih prestasi akademik. 
Acara juga diisi dengan pengisian lembar post test oleh peserta, dengan aspek data perbedaan pre test dan  post test.
Salah satu wakil orang tua siswa (kelas VIII A), Ferlagutan M Lubis, saat ditanya mengatakan, acara semacam ini sangat bermanfaat, sebab dapat merangsang sikap proaktif anak didik untuk mengatasi problem bullying yang dihadapi teman-temannya.
”Apalagi dengan telah masifnya penggunaan media sosial di kalangan masyarakat, persoalan bullying muncul seperti trend yang salah kaprah. Acara penyuluhan seperti ini mutlak diperlukan untuk langkah-langkah preventif,” tambahnya.
By : Dedik    

PUISI : NUANSA RAMADHAN 2020

NUANSA   RAMADHAN   2020 Karya : Dedik Ekadiana Langit berpayungkan lazuardi Awan bercengkrama dan menderu Alam bertakhta tuk ...