MOH.
SIDIK
MENTOR
STAND UP COMEDY ACADEMY
BICARA
TENTANG ANTIBULLYING
Anggrek
Garuda 88, Jakarta
Bullying
berasal dari bahasa Inggris to bully,
bermakna menindas objek dengan ejekan-ejekan yang berakibat pada terjadinya
perundungan pada si objek. Tindakan bullying
biasanya dilakukan berulang-ulang dengan penekanan pada penyebutan
kekurangan-kekurangan fisik yang ada pada diri si objek. Dampak jangka panjang
yang terjadi pada diri si objek adalah si objek mengalami trauma psikis
berkepanjangan.
Kendati
demikian, tindakan bullying yang
berdampak psikis tadi bisa diantisipasi oleh si objek dengan memperhatikan
aspek istilah ”tragedi jadi komedi”. Hal ini diungkapkan seorang komika senior
Indonesia, Moh. Sidik, dalam acara Edukasi Inovatif untuk Anak di SMPN 88,
Rabu, 24 Oktober 2018.
Lebih jauh Moh. Sidik mengungkapkan, tindakan
bullying menimbulkan
keresahan-keresahan yang sangat dekat dengan pribadi objek. Hikmahnya, lanjut
Moh. Sidik, orang-orang kreatif di Amerika mengolah keresahan-keresahan itu menjadi
seni kontemporer baru, stand up comedy.
“Stand
up comedy merebak ke Indonesia tahun 2010, ditandai dengan munculnya komika-komika
senior, di antaranya saya sendiri, Arif Didu, Isman, Jarwo Kwat, Raditya Dika,
Abdel Achrian,” ungkap Moh. Sidik.
Ia pun memaparkan, sejak 2011 stasiun Kompas
TV menyelenggarakan kompetisi stand up
comedy tahunan bertajuk Stand Up Comedy Indonesia (SUCI). Selanjutnya, ujar
pria berbobot 130 kg tersebut, stasiun TV Indosiar membuat pula acara serupa
sejak 2015, bertajuk Stand Up Comedy Academy (SUCA).
“Keberadaan ajang kompetisi stand up comedy mengakibatkan
bertumbuhnya komunitas stand up comedy
di berbagai kota di Indonesia. Di ajang SUCA sendiri yang tahun ini telah
merampungkan sesi ke-4, saya dipercaya menjadi salah satu mentor dari peserta
kompetisi. Terbukti, peserta yang masuk kompetisi dimaksud adalah mereka yang
berhasil mengolah keresahan-keresahan menjadi bahan komedi yang segar. Bahkan
beberapa anak didik saya, Arafah Tangerang, Wawan Bekasi, Karyn Medan yang saat
itu baru berusia 10 tahun, dan Yewen Papua, berjaya di 3 besar SUCA 2 dan 3,”
tutur Moh. Sidik.
Pada
kesempatan acara di SMPN 88, komika asal Bandung itu juga mencari bakat-bakat
baru di kalangan siswa-siswi untuk menjadi komika di masa-masa mendatang.
By : Dedik