Senin, 30 April 2018

PELEPASAN SISWA


PERINGATAN HARI KARTINI  dan  PELEPASAN SISWA KELAS IX
SMPN 88  JAKARTA

Anggrek garuda 88,  Jakarta
Sebagai wujud rasa syukur telah melaksanakan UNBK, SMP Negeri 88 Jalan Anggrek Garuda Jakarta mengadakan perpisahan siswa kelas IX, sekaligus peringati hari Kartini yang digelar di halaman sekolah dengan tema “Kita Bhinneka, Kita Indonesia”, Sabtu (30/04/2018) berlangsung meriah.
Sudah menjadi tradisi, prosesi acara pelepasan diawali dengan parade kelas yang dikomandoi wali kelas 9, dan seluruh siswa kelas 9. Acara yang dimulai sekitar pukul 8 pagi ini dihadiri para tamu undangan, di antaranya komite sekolah, orang tua murid, kepala sekolah, dewan guru, anggota OSIS, dan siswa-siswi kelas 7 dan kelas 8.
Baynudin, S.Or selaku ketua penyelenggara acara saat ditemui mengatakan, “Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan apresiasi seni, kompetensi siswa, dan meningkatkan rasa sportifitas”, katanya
Dalam ajang yang bertajuk Pelepasan Peserta Didik Kelas IX ini, Kepala SMPN 88, Drs.H.Yusron, M.Pd  secara resmi melepas sekaligus mengembalikan peserta didik kepada para orang tua setelah tiga tahun menimba ilmu di sekolah tercinta ini.
Di hadapan para orang tua murid dan komite sekolah, H. Yusron berharap “Seluruh peserta didik dapat lulus dengan nilai yang baik dan bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Beliau juga mengucapkan terima kasih atas berbagai prestasi yang telah diraih para siswa sehingga bisa mengharumkan nama sekolah”, pungkasnya.
Ia mengatakan, “Diharapkan alumni bukan hanya menjadi orang yang sukses di dalam ilmu pengetahuan tetapi juga sukses pada aspek moral dan memiliki budi pekerti yang mulia. Terus belajar dan terus meraih prestasi sebagaimana yang sudah diraih”, tambahnya.
Sementara itu, Bapak Fery Lubis yang mewakili para orang tua murid mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada para guru dan karyawan SMP Negeri 88 yang selama tiga tahun membimbing dan mendidiknya sehingga bisa sukses seperti sekarang ini. Di hadapan para siswa ia juga berpesan agar selalu ingat dan menjaga nama baik SMP Negeri 88 tercinta.
Salah satu perwakilan siswa kelas IX, Adistya Sugma mengucapkan terima kasih kepada dewan guru yang telah mendidik dengan ikhlas dan penuh kesabaran sehingga dirinya bersama teman-teman mampu melewati proses. “Semoga menjadi amal baik. Kepada teman-teman seperjuangan mari berdoa bersama agar lulus dengan nilai yang baik dan bisa melanjutkan pendidikan lebih tinggi”, ujarnya.
Beberapa kreatifitas siswa di bidang seni dan budaya ditampilkan dalam kegiatan pelepasan ini di antaranya pembacaan ayat suci Al-Qur'an, English Story Telling, Fashion show, tarian-tarian daerah, dan drama musikal.
Acara diakhiri dengan menyanyikan lagu hymne guru oleh kelompok paduan suara siswa-siswi kelas VII dan VIII, diiringi bersalam-salaman dengan Bapak / Ibu guru, staf karyawan, dan siswa-sisiwi kelas IX.
Momen tersebut berlangsung dengan haru dan syukur atas kebersamaan selama 3 tahun bersama mereka, teriring kata maaf dan menyesal selama bimbingan yang diberikan Bapak / Ibu guru yang penuh dengan kesabaran.

By  :  Dedik

Selasa, 24 April 2018

Tari Kreasi Ayam Jago


SMPN 88 DUTA PERGELARAN BUDAYA TMII 
DI ANJUNGAN JAWA TIMUR

Anggrek Garuda 88,  Jakarta
    Badan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Timur belum lama ini mengirim surat undangan ke SMPN 88. Surat yang ditandatangani Kepala Badan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Timur, Drs. Dwi Suyanto, MM, berisi pemberitahuan tentang diselenggarakannya pergelaran tari daerah dan seni pertunjukan dengan cerita “Gunung Putri”, dengan duta seni dari Kabupaten Bondowoso, di Anjungan Jawa Timur TMII, Minggu 22 April 2018.
    Pihak SMPN 88 menyambut baik undangan itu, dan menyiapkan duta seninya untuk memeriahkan acara budaya tersebut. Pada hari yang ditentukan, SMPN 88 memberangkatkan sebanyak 15 siswinya ke Anjungan Jawa Timur TMII, dipandu guru pembimbing Ibu Hj. Ema Susanti.
    Acara budaya tersebut bertambah meriah dengan penampilan tari-tarian pendukung dari para undangan yang hadir. SMPN 88 dalam kesempatan itu menampilkan tari kreasi ayam jago yang dibawakan kelimabelas siswi yang ikut ke Anjungan Jawa Timur TMII.
    Ibu Hj. Ema Susanti yang memimpin delegasi sekolah mengatakan, tarian ayam jago yang ditampilkan kelimabelas siswi SMPN 88 mendapat aplaus meriah dari para penonton yang hadir, termasuk duta seni Kabupaten Bondowoso.
   “Setidaknya kita bisa menampilkan tari kreasi temporer yang menarik banyak perhatian dari para penonton di acara seni yang cukup bergengsi itu,” pungkas Ibu Hj. Ema Susanti.
By : Dedik

Jumat, 20 April 2018

R.A. KARTINI


114 Tahun,  KARTINI  Tiada


DARI  REMBANG  TERBITLAH  TERANG

Hari ini setiap tanggal 21 April, semua wanita Indonesia merasa seperti berada di sebuah kota kecil “REMBANG” Jawa Tengah. Bukan hanya hari ini, di saat menjelang datangnya tanggal ini di setiap tahunnya  kaum wanita selalu mengenang perjuangannya sebagai salah satu tonggak sejarah yang amat penting dalam era Kebangkitan Nasional dari wanita Indonesia dalam merebut serta meraih eksistensinya sebagai wanita yang dalam masa kolonialisme Belanda, keberadaannya hampir-hampir tak mempunyai arti.
Terukir dalam tinta emas sejarah, bahwa ide-ide dari seorang putri bangsawan bernama KARTINI yang disampaikan kepada sahabatnya di negeri Belanda berisi pandangannya yang merupakan letupan bara api seorang wanita yang kehilangan harga diri.
Segala sesuatu yang dilakukannya di masa itu telah berhasil merubah pola pikir wanita Indonesia yang dulu hanya sebagai warga negara kelas dua, terbatas dalam segala aktivitas serta pandangannya menjadi sosok warga negara yang diperhitungkan keberadaannya.

Pola Pikir.
Kartini dilahirkan 21 April 1879 di Desa Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, kendati cuma 25 tahun menghirup udara segar di dunia ini dengan segala suka dan dukanya, tetapi hakikat dan kehidupannya menjadi ispirator yang tak kunjung padam di setiap dada kaum wanita Indonesia.
Ada falsafah “Hidup Singkat tetapi Bermakna”, itulah sosok wanita teladan yang tidak bisa tinggal diam, pemikiran serta ide-idenya mengungkapkan hati, terbelsit makna tersirat lewat pendirian. Ia sangat mencintai tanah air Indonesia, tidak menyukai gaya hidup feodalisme,  berusaha membuka mata hati sekaligus berjuang terhadap kebebasan kaumnya. Ia optimis melihat perspektif masa depan kaum wanita.
Mungkin masih terlalu sedikit yang beliau lakukan terhadap bangsa dan negara ini, tetapi figurnya telah menjadi embrio timbulnya kartini-kartini muda yang melestarikan serta mempertahankan eksistensinya sebagai kaum wanita.
Sudah banyak terlahir srikandi-srikandi Indonesia yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa dalam kancah pergaulan Internasional mulai dari bidang pendidikan, olahraga, sosial politik, dan lain-lain.
Hal ini telah menunjukkan betapa kedudukan pria maupun wanita tidak dapat direndahkan maupun ditinggikan. Keduanya saling melengkapi untuk saling bahu-membahu dalam rangka mencapai cita-cita perjuangan nasional.

Keteladanan.
Walau Kartini telah meninggal 114 tahun lalu, ucapan berbagai orang bijak di seantero dunia mengatakan “Badan dapat binasa, tetapi jiwa besar tetap hidup”.  Kenyataan ini, sejarah menceritakan kepada generasinya.
Dari Rembang, muncul seberkas cahaya terang dari ruang kerjanya. Banyak ide, rencana, dan keteladanannya yang terbentur dengan sistem kehidupan orang tuanya yang masih menganut feodalisme.
Image  :  Google
Dari ruang itu, kita melihat sebuah kotak kecil berukir dan bermotif gaya Jepara. Tersimpan buku Door Duister-nis Tot Licht, yaitu kumpulan surat-suratnya kepada sahabat-sahabatnya orang Eropa antara tahun 1900 s.d. 1904.
Buku itu yang kemudian diterbitkan dan diterjemahkan oleh penerbit Balai Pustaka pada tahun 1911 dengan judul HABIS GELAP, TERBITLAH TERANG, yang membukakan mata kaum wanita Indonesia maupun orang-orang Kolonial Belanda ketika itu. Isinya memberikan semangat dan inspirasi semua orang agar hak-hak kodrati kaum wanita dikembalikan secara proporsional.
Dan bagi kaum wanita, terutama yang hidup di era sekarang ini perlu membaca dan menarik hikmah dari buku tersebut, di dalamnya banyak memberikan harapan dan semangat juang pantang habis. Ingin mencari dan terus mencari jawabannya. Dan jawaban itulah yang ada dalam kodrati kaum wanita.

Emansipasi.
Dengan semakin canggihnya teknologi serta makin meluasnya ruang lingkup yang bisa diisi kaum wanita, membuatnya berlomba-lomba berpacu meraih prestasi. Hal ini seringkali dijadikan argumen untuk menjawab keberadaannya.
Pada masa sekarang, pendidikan memang sudah merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar bagi siapa saja, tetapi hendaknya out put dari proses tersebut tidak melupakan jatidirinya, terlebih-lebih kaum wanita.
Tantangan kemajuan dan globalisasi mau tidak mau mengharuskan kita melihat peranan pria dan wanita dalam satu tatanan kemitra-sejajaran yang saling mengisi. Walaupun kita melihat perbedaan biologis antara pria dan wanita, tetapi kita harus dapat pula melihat perbedaan gender yang tidak sesuai harus dirubah.
Barangkali ini merupakan fenomena sosial yang harus dijawab oleh para kartini di era sekarang, diperlukan sebuah ke-arifan untuk mengetahui sendiri porsinya.

By  :  Dedik

Sabtu, 14 April 2018

BENTUK KEPEDULIAN ALUMNI

BANTUAN TENIS MEJA, BENTUK KEPEDULIAN
ALUMNI ANGKATAN 88, SMPN 88 JAKARTA

Anggrek Garuda 88,  Jakarta
Belum lama berselang Alumni angkatan tahun 1988 menggelar reuni akbar, mengadakan bakti sosial berupa donor darah. Kini, peserta reuni menyerahkan bantuan untuk sekolahnya berupa satu set meja pimpong  yang diterima Kepala SMPN 88,  Drs. H. Yusron, M.Pd.  Senin (9/4).
Dalam kesempatan itu, Hadi yang mewakili alumni 1988 mengatakan, “Bantuan tersebut merupakan rasa peduli  terhadap almamater.  Oleh karena itulah,  guna mempererat ikatan silaturahim, diperlukan adanya kegiatan yang dapat memunculkan kembali memori indah masa-masa sekolah”,  pungkasnya.
Hadi juga menyempatkan diri berbincang-bincang dengan kepala sekolah dan guru, “Kerjasama orang tua murid dan alumni harus terjalin dengan baik supaya dapat  memotivasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan”,  tambahnya.
“Kami dari pihak sekolah mengucapkan terimakasih semoga bantuan ini berguna untuk memajukan kegiatan ekstra-kurikuler di SMPN 88 tercinta ini. Kami terharu, ternyata masih ada alumni yang antusias untuk memajukan almamaternya.  Sekali lagi kami mengucapkan terimakasih”,  papar H. Yusron.
“Saya berharap, apa yang ditunjukkan para alumni bisa menjadi pemacu siswa-siswi SMPN 88 dalam meningkatkan kualitas kelulusannya”, tambahnya.
By : Dedik

Jumat, 13 April 2018

ULTAH PERNIKAHAN, MERTUAKU


MEMORI   INDAH,
ULTAH  PERNIKAHAN  MUTIARA,  MERTUAKU

Bumi Cipondoh Asri,  Tangerang
Ulang tahun pernikahan banyak dianggap sebagai tonggak sejarah dalam memasuki hidup baru, dalam artian memberikan kesempatan bagi suami-istri kembali saling meneguhkan komitmen. Sekedar mengingat lintasan peristiwa yang telah menghimpun apa yang terserak. Mengapungkan kenangan bersama untuk mencipta bahagia, mempererat jalinan cinta yang terbina, merekatkan ikatan hati, memperkuat untuk saling berbagi,  dan menjaga hingga nanti. Dengan begitu diharapkan pondasi rumah tangga kembali kuat dan terhindar dari perceraian.
Dalam kehidupan berumah tangga tentunya tidak selalu dapat dilalui dengan mulus tanpa gejolak. Sekecil apapun bahtera hidup kita pasti ada riak gelombang yang kita alami. Perjalanan pernikahan yang dilewati tentunya tidak terlepas dari adanya saling mengasihi, karena kasih itu menjadikan perekat antara suami isteri, saling mengisi kekurangan masing-masing. Sebagai manusia tentunya semua mempunyai kekurangan dan kelebihan. Sepuluh jari mempunyai ukuran panjang pendek yang tidak sama, namun bila sepuluh jari tersebut dapat bekerja sama dengan baik, maka menghasilkan karya yang baik dan bermanfaat bagi sesamanya.
Pernikahan adalah prakarsa Tuhan yang dirancang satu kali merupakan momen bernilai sejarah bagi pasangan hidup di muka bumi ini. Kehidupan yang istimewa tetapi penuh hikmah.
Demikianlah sekelumit kata pengantar dari penulis terkait kenangan ulang tahun ke-30 perkawinan bapak sekaligus mertua kami, Bapak H.M Tasdik dengan Ibu Hj.Lestari, pada tahun 2012 silam. Masa perkawinan sepasang kekasih yang mencapai 30 tahun disebut “masa kawin mutiara”.
Bukan tanpa alasan pasangan yang berbahagia itu merayakan masa ketiga puluh tahun dari perkawinannya. Di samping mendapat sokongan moral dari para anak dan menantu mereka untuk merayakan momentum sakral tersebut, ternyata masa tiga puluh tahun dari perkawinan mereka ditan-dai dengan kenyataan bahwa semua anak mereka telah “jadi orang”. Hal tersebut terakhir inilah yang menjadi penanda utama jika momentum sak-ral tersebut layak diperingati.
Meskipun Bapak H.M Tasdik sekarang telah berpulang ke rahmatullah (meninggal September 2016), kami para anak dan menantunya tidak akan pernah kehilangan momentum untuk mengenang ulang tahun ke-30 perkawinan mereka berdua. Kami senantiasa berusaha mengambil suri teladan dari kehidupan perkawinan mereka yang saat ini telah usai.
By : Dedik Ekadiana

PUISI : NUANSA RAMADHAN 2020

NUANSA   RAMADHAN   2020 Karya : Dedik Ekadiana Langit berpayungkan lazuardi Awan bercengkrama dan menderu Alam bertakhta tuk ...