Minggu, 26 Agustus 2018

INAUGURASI SWEET SEVENTEEN FARHAN ARDI AGUSTA



RESTAURAN JAGARAWA
INAUGURASI SWEET SEVENTEEN FARHAN ARDI AGUSTA

Bumi Cipondoh Asri, Tangerang 
    Kamis dinihari, 9 Agustus 2001 merupakan titik kulminasi kehidupan penulis dalam status sebagai kepala keluarga, menyusul pencapaian kehidupan pernikahan setahun sebelumnya. Saat itu, sang istri yang tengah mengandung anak pertama, 9 bulan 12 hari menurut hitungan medis, mengalami kontraksi jelang persalinan.
    Penulis dan istri yang saat itu masih menempati rumah mertua di kawasan padat  Tanah Sereal, Jakarta Barat, segera membawa sang istri yang mengalami kontraksi RSB Budi Kemuliaan cabang Cideng, pukul 03.30 WIB. Pihak RSB kekurangan peralatan untuk membantu proses kelahiran, mengingat terjadi dugaan kelainan pada kehamilannya, sehingga penulis dan istri mau tak mau harus menunggu penanganan hingga jam 10 pagi.
    Akhirnya pihak RSB memberi rujukan kepada kami untuk pergi ke RSB Budi Kemuliaan Pusat di Jl. Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat. Di sana, pihak medis segera memberikan pelayanan yang signifikan kepada istri penulis, dan tidak memperkenankannya pulang ke rumah. Proses kontraksi berlangsung hingga pukul 23.00 WIB.
    Dugaan pihak medis di Cideng ternyata benar. Bayi kami terlahir sempurna setelah terlebih dahulu terminum air ketuban, dia lahir sempurna tanpa mengeluarkan suara tangis seperti layaknya bayi yang lain saat baru lahir. Atas kejadian itu, pihak dokter yang menangani proses persalinan memutuskan untuk memasukkannya ke dalam inkubator hingga 8 jam lamanya.
    Saat terjadi proses persalinan, hanya penulis dan ibu yang menunggu momen itu. Sebelumnya ada ibu dan bapak mertua dan seorang anaknya ikut menunggu, tetapi mereka pamit pulang beberapa menit jelang sang bayi lahir. Penulis tak bisa membayangkan perasaan gembira dan haru atas terlahirnya anak pertama, kendati dibayangi kemungkinan hal-hal yang agak mengganggu bakal dialami anak itu hingga 10 tahun ke depan.
    Bayangan kemungkinan itu perlahan-lahan muncul menjadi kenyataan. ASI yang menjadi sumber pangannya ternyata hanya bisa diperoleh selama tiga bulan, setelah itu ASI dari ibunya tak produktif lagi. Mau tak mau, kami sebagai pihak orang tuanya mencarikan susu pengganti ASI, dan itu pun tak langsung cocok dengan bayi kami. Ternyata, susu pengganti ASI yang paling cocok untuknya berharga paling mahal saat itu.
    Kendati begitu, kami tetap bersyukur ke hadlirat Ilaahi atas anugerah terbesar ini. Kami memberinya nama FARHAN ARDI AGUSTA, secara filosofis bermakna ”Kebahagiaan Mardiah dan Dedik atas kelahirannya pada bulan Agustus di Jakarta”. Sayangnya, perkembangan bayi kami selama setahun kurang signifikan. Pada saat ia berulang tahun yang pertama, kemampuan bertuturnya belum terbentuk, demikian juga dengan daya geraknya untuk berjalan.
    Penulis dan istri memang berprofesi sebagai pendidik, namun kami tampaknya tak mampu terapkan pendidikan tingkah laku normatif buat anak kami sendiri. Maka ibu penulis yang tinggal di Lumajang, Jawa Timur, menyarankan kami untuk menyerahkan pengurusan Farhan kepadanya. Saran itu kami sambut baik, dan diboyonglah anak kami ke Lumajang beberapa bulan setelah ulang tahunnya yang pertama.
    Tangan dingin ibu kami di kampung berbuah hasil yang manis. Saat perayaan ulang tahunnya yang kedua, di Lumajang, anak kami bukan hanya bisa berjalan, tetapi langsung melompat dari kursinya dan berlari mengejar balon ulang tahun yang berada agak jauh dari tempat duduknya. Hal ini sangat mengejutkan, sekaligus menggembirakan. Farhan diboyong kembali ke Jakarta, empat bulan setelah ulang tahunnya yang kedua.
    Penulis tersentak dari lamunan masa itu saat istri mencolek pundakku di tempat perayaan ulang tahunnya saat ini. Tiba-tiba saja, anak itu telah sweet seventeen saat ini, dan telah duduk di kelas XI SMA Muhammadiyah II Cipondoh. Engkau telah jelang dewasa, anakku. Semoga Yang Maha Kuasa terus membuka pintu harapan ayah dan ibumu kepadamu untuk menjadi insan yang berguna bagi semua orang, bertanggung jawab atas amanat Tuhan yang mulai dipikulkan di pundakmu, dan diujung pengharapan nanti senantiasa istiqomah dalam kebaikan.
Dan semoga dalam hidup dan kehidupan, senantiasa mendapatkan minimal satu dari empat kemenangan yang telah dijanjikan Tuhan :
1. Pengampunan atas segala dosa ;
2. Penyempurnaan atas segala nikmat ;
3. Petunjuk atas jalan kebenaran ; dan
4. Pertolongan atas segala kesulitan.
Amin Ya Robbal Alamin.

By :  Dedik

PUISI : NUANSA RAMADHAN 2020

NUANSA   RAMADHAN   2020 Karya : Dedik Ekadiana Langit berpayungkan lazuardi Awan bercengkrama dan menderu Alam bertakhta tuk ...