RESTAURAN
JAGARAWA
INAUGURASI
SWEET SEVENTEEN FARHAN ARDI AGUSTA
Bumi Cipondoh Asri,
Tangerang
Kamis dinihari, 9 Agustus 2001 merupakan titik
kulminasi kehidupan penulis dalam status sebagai kepala keluarga, menyusul
pencapaian kehidupan pernikahan setahun sebelumnya. Saat itu, sang istri yang
tengah mengandung anak pertama, 9 bulan 12 hari menurut hitungan medis,
mengalami kontraksi jelang persalinan.
Penulis dan istri yang saat itu masih
menempati rumah mertua di kawasan padat Tanah Sereal, Jakarta Barat, segera membawa
sang istri yang mengalami kontraksi RSB Budi Kemuliaan cabang Cideng, pukul
03.30 WIB. Pihak RSB kekurangan peralatan untuk membantu proses kelahiran,
mengingat terjadi dugaan kelainan pada kehamilannya, sehingga penulis dan istri
mau tak mau harus menunggu penanganan hingga jam 10 pagi.
Akhirnya pihak RSB memberi rujukan kepada
kami untuk pergi ke RSB Budi Kemuliaan Pusat di Jl. Budi Kemuliaan, Jakarta
Pusat. Di sana, pihak medis segera memberikan pelayanan yang signifikan kepada
istri penulis, dan tidak memperkenankannya pulang ke rumah. Proses kontraksi
berlangsung hingga pukul 23.00 WIB.
Dugaan pihak medis di Cideng ternyata
benar. Bayi kami terlahir sempurna setelah terlebih dahulu terminum air
ketuban, dia lahir sempurna tanpa mengeluarkan suara tangis seperti layaknya
bayi yang lain saat baru lahir. Atas kejadian itu, pihak dokter yang menangani
proses persalinan memutuskan untuk memasukkannya ke dalam inkubator hingga 8
jam lamanya.
Saat terjadi proses persalinan, hanya
penulis dan ibu yang menunggu momen itu. Sebelumnya ada ibu dan bapak
mertua dan seorang anaknya ikut menunggu, tetapi mereka pamit pulang beberapa
menit jelang sang bayi lahir. Penulis tak bisa membayangkan perasaan gembira
dan haru atas terlahirnya anak pertama, kendati dibayangi kemungkinan hal-hal
yang agak mengganggu bakal dialami anak itu hingga 10 tahun ke depan.
Bayangan kemungkinan itu perlahan-lahan
muncul menjadi kenyataan. ASI yang menjadi sumber pangannya ternyata hanya bisa
diperoleh selama tiga bulan, setelah itu ASI dari ibunya tak produktif lagi.
Mau tak mau, kami sebagai pihak orang tuanya mencarikan susu pengganti ASI, dan
itu pun tak langsung cocok dengan bayi kami. Ternyata, susu pengganti ASI yang
paling cocok untuknya berharga paling mahal saat itu.
Kendati begitu, kami tetap bersyukur ke
hadlirat Ilaahi atas anugerah terbesar ini. Kami memberinya nama FARHAN ARDI
AGUSTA, secara filosofis bermakna ”Kebahagiaan Mardiah dan Dedik atas
kelahirannya pada bulan Agustus di Jakarta”. Sayangnya, perkembangan bayi kami
selama setahun kurang signifikan. Pada saat ia berulang tahun yang pertama,
kemampuan bertuturnya belum terbentuk, demikian juga dengan daya geraknya untuk
berjalan.
Penulis dan istri memang berprofesi sebagai
pendidik, namun kami tampaknya tak mampu terapkan pendidikan tingkah laku
normatif buat anak kami sendiri. Maka ibu penulis yang tinggal di Lumajang,
Jawa Timur, menyarankan kami untuk menyerahkan pengurusan Farhan kepadanya.
Saran itu kami sambut baik, dan diboyonglah anak kami ke Lumajang beberapa
bulan setelah ulang tahunnya yang pertama.
Tangan dingin ibu kami di kampung berbuah
hasil yang manis. Saat perayaan ulang tahunnya yang kedua, di Lumajang, anak
kami bukan hanya bisa berjalan, tetapi langsung melompat dari kursinya dan
berlari mengejar balon ulang tahun yang berada agak jauh dari tempat duduknya.
Hal ini sangat mengejutkan, sekaligus menggembirakan. Farhan diboyong kembali
ke Jakarta, empat bulan setelah ulang tahunnya yang kedua.
Penulis tersentak dari lamunan masa itu
saat istri mencolek pundakku di tempat perayaan ulang tahunnya saat ini.
Tiba-tiba saja, anak itu telah sweet
seventeen saat ini, dan telah duduk di kelas XI SMA Muhammadiyah II
Cipondoh. Engkau telah jelang dewasa, anakku. Semoga Yang Maha Kuasa terus
membuka pintu harapan ayah dan ibumu kepadamu untuk menjadi insan yang berguna
bagi semua orang, bertanggung jawab atas amanat Tuhan yang mulai dipikulkan di
pundakmu, dan diujung pengharapan nanti senantiasa istiqomah dalam kebaikan.
Dan
semoga dalam hidup dan kehidupan, senantiasa mendapatkan minimal satu dari
empat kemenangan yang telah dijanjikan Tuhan :
1. Pengampunan atas segala dosa ;
2. Penyempurnaan atas segala nikmat ;
3. Petunjuk atas jalan kebenaran ; dan
4. Pertolongan atas segala kesulitan.
Amin
Ya Robbal Alamin.
By : Dedik